BAB I
          PENDAHULUAN
A. Latar belakang
   Pada  dasarnya  manusia  diciptakan  tidak  ada  yang  sama  dengan  manusia  yang lainnya.  Tidak  ada  seorang  manusia  yang  tidak  memiliki  kekurangan  dan  tidak  ada manusia  yang  ingin  dilahirkan  ke  dunia dengan  menyandang  kelainan  atau  memiliki kecacatan.  Dengan  demikian  juga  tidak  ada  seorang  ibu  yang  menghendaki  kelahiran anaknya  menyandang  kecacatan.  Maka  sejak  kelahirannya   ke  dunia,  anak  cacat  atau dikenal  dengan  Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK)  yang tidak  dikehendaki  oleh  orang tuanya.  Konsekuensi  logis  bila  Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK)  akan  menghadapi banyak  tantangan  dari  lingkungan  keluarga,  masyarakat,  maupun  lingkungan  pendidikan.
   Kelahiran  seorang  Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK)  tidak  mengenal  apakah mereka  dari  keluarga  kaya,  keluarga  berpendidikan,  keluarga miskin,  dan  keluarga  yang beragama  atau  tidak.  Seorang  Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK)  dilahirkan  pada  satu keluarga  bukan  berarti  keluarga  tersebut  mendapat  kutukan,  tetapi  dilahirkan  Anak Berkebutuhan  Khusus  (ABK) pada  satu  keluarga  karena  Tuhan  menguji  atau  memberi kesempatan  pada keluarga  tersebut  untuk  berbuat  yang  terbaik  pada  anaknya.
Sebagai  manusia,  Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK)   memiliki  hak untuk  tumbuh dan  berkembang  di  tengah-tengah   keluarga,  masyarakat  dan  bangsa.  Anak  Berkebutuhan Khusus  (ABK)  memiliki  hak   untuk  berpendidikan  seperti  anak  yang  tidak  memiliki kelainan  atau  anak  yang  normal.
Tidak  ada   satu  alasan  bagi  Sekolah  Luar  Biasa  (SLB) dan  sekolah  umum  yang  tidak  menerima  atau  melarang  Anak  Berkebutuhan  Khusus   (ABK)  untuk  masuk  di sekolah  tersebut.  Bersama  Guru  Pembimbing  Khusus  yang memiliki  pengetahuan  dan  keterampilan  Pendidikan  Luar  Biasa  (PLB)  bagi  Anak Berkebutuhan  Khusus  (ABK)  yang  sesuai  dengan  karakteristik  dan  kebutuhan  anak. Apakah   Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)   membutuhkan   kelas  khusus,  program  khusus  dan  layanan  khusus tergantung  dari  tingkat  kemampuan  Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Anak Berkebutuhan  Khusus   (ABK).  Seolah-olah  Pendidikan Luar Biasa  hanya  ada  di  Sekolah Luar Biasa  sehingga  sering orang  menemukan  anak  menyandang  cacat  atau  Anak Berkebutuhan Khusus  di  Sekolah Luar Biasa.  Hal  ini    tidak  benar,  sebab  Sekolah Luar Biasa  bukan  habitatnya.  Habitat   Anak Berkebutuhan Khusus   sama  dengan  habitat  anak  pada  umumnya yang  normal.  Anak Berkebutuhan Khusus  berada  di  Sekolah Luar Biasa  apabila  di  sekolah  biasa   sudah  tidak  dapat menangani  pendidikannya,  atau  memang  kehendak  dan  hak  anak  itu  sendiri. Pandangan  lain  yang  salah  dari  sebagian  besar  orang  umum  yaitu  seolah-olah  Pendidikan Luar Biasa  hanya  bisa  diberikan  di  Sekolah Luar Biasa  atau  seolah-olah  Pendidikan Luar Biasa  itu  identik  dengan  Sekolah Luar Biasa. 
Hal  tersebut  tidak  benar  karena  pelayanan  Pendidikan Luar Biasa  bisa  diberikan  di  sekolah  biasa  dengan  pembelajaran  yang  diadaptifkan  pada  anak  berdasarkan   kelainan  dan  karakteristiknya  pada  guru  biasa.  Karena  itu  pembelajaran  adaptif  bagi  Anak Berkebutuhan Khusus  perlu  juga  bagi  guru  biasa sehingga  Anak  Luar  Biasa  (ALB)  mendapat  pelayanan  Pendidikan Luar Biasa  di  sekolah. 
Anak   Berkebutuhan   Khusus  (ABK)  adalah  anak  yang  mengalami  kelainan sedemikian  rupa baik  fisik,  mental,  sosial  maupun  kombinasi  dari  ketiga  aspek tersebut,  sehingga  untuk   mencapai   potensi   yang   optimal  ia  memerlukan  Pendidikan  Luar  Biasa  (PLB).
Pendidikan  jasmani  merupakan  suatu  proses  pendidikan  sebagai  individu  maupun sebagai  anggota  masyarakat  yang  dilakukan  secara  sistematis  melalui  kegiatan- kegiatan dalam  rangka  pertumbuhan  dengan  kecerdasan  serta  watak.
   Pembelajaran  Penjas  Adaptif   dirancang   khusus  bagi  para  siswa  Pendidikan  Luar Biasa (PLB)  dalam  rangka  mewujudkan  tujuan  pendidikan  bagi  mereka.  Beberapa  faktor  yang  menuntut  tercapainya  penyelenggaraan  pembelajaran  penjas  adaptif  yaitu:
1. Pembelajaran   Penjas   Adaptif   disesuaikan  dengan  jenis  dan  karakteristik  kelainan  siswa  dengan  tujuan,  program  ini  akan  dapat  membantu  dan  menolong  siswa memahami  keterbatasan  kemampuan  jasmani  dan  mentalnya.
2. Kelainan  fungsi  postur,  sikap  tubuh  dan  pada  mekanika  tubuh   merupakan   faktor   lain  yang   menjadi   perhatian   para   pendidik  karena  dapat  membantu  siswa melindungi  diri  sendiri  dari  kondisi  yang  dapat  memperburuk  keadaannya.
3. Pembelajaran   Penjas   Adaptif   harus   mengacu  pada  program  jasmani  yang  progresif untuk  dapat  mengembangkan  dan  meningkatkan  kemampuan  jasmani  individu  Anak Berkebutuhan Khusus. 
Apabila   ketiga  faktor  tersebut  di  atas  diabaikan  mustahil  pendidikan  jasmani  adaptif dapat  mempengaruhi  dan  bahkan  dapat  menghambat  siswa  berperilaku  sebagai  objek bukan  sebagai  subjek  namun  sebaliknya, apabila  ketiga  faktor  tersebut  di  atas  diperhatikan  maka  Pendidikan  Jasmani  Adaptif   akan   dengan  mudah   membantu  siswa   melakukan  penyesuaian  sosial  dan  dapat  mengembangkan  perasaan  siswa memiliki  harga  diri  dan  tingkat  kepercayaan  diri  yang  tinggi.  
Model  pembelajaran  penjas  adaptif   adalah  perencanaan   yang   digunakan  merancang   dari  sistem   pendidikan   secara   keseluruhan,  bertujuan  untuk meningkatkan  kesehatan  dan  kebugaran  jasmani.
          Macam  model  pembelajaran  yaitu:
1. Ceramah;  merupakan  suatu  cara  penyampaian   informasi  dengan  lisan  dari seorang  guru  kepada  sejumlah  Anak Berkebutuhan Khusus.
2. Praktik  dan  latihan;  merupakan  suatu  teknik  untuk  membantu  Anak Berkebutuhan Khusus  agar  dapat  menghitung  dengan  cepat  yaitu  dengan  banyak  latihan  dan  mengerjakan  soal.
3. Demonstrasi;  merupakan  suatu  cara  penyampaian  informasi  yang  mirip  dengan ceramah,  tetapi  frekuensi  pembicara  lebih  sedikit  dari  pendengar.          
  Mengenai  pengertian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  pendidikan  jasmani  sangat bermanfaat  bagi  pertumbuhan  seseorang  baik  pertumbuhan  fisik,  emosional  maupun kecerdasan   intelektual   serta   spiritual,   maka   untuk    mencapai   hal   tersebut   tidak  terlepas   dari   peranan   pemerintah  dan  tenaga   pendidik   untuk   merancang   kurikulum   atau   pembelajaran   yang    sesuai   dengan    latar    belakang   anak   baik   dari   segi   fisik   maupun   mental.
Berdasarkan   gambaran   di  atas  maka  penulis  tertarik  untuk  mengadakan  penelitian dengan judul “MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAGI ANAK  BERKEBUTUHAN  KHUSUS   (ABK)   PADA  SEKOLAH LUAR BIASA  NEGERI   SOE ”
B. Identifikasi  masalah
Mencermati latar belakng di atas, maka penulis dapat  mengidentifikasi    masalah  sebagai  berikut:
1. Peranan sekolah terhadap model pembelajaran pendidikan jasmani  adaptif  pada Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK).
2. Model  pembelajaran  pendidikan   jasmani  adaptif  yang  diterapkan  bagi  Anak Berkebutuhan  Khusus   pada  Sekolah Luar Biasa  Negeri  SoE.
C. Batasan  masalah
Mengingat luasnya masalah  dalam penelitian  ini  dan demi  efisiensi  waktu  penelitian,  maka  penulis  membatasi  permasalahan  dan  hanya  akan  memfokuskan  pada:  Model  Pembelajaran  Pendidikan  Jasmani  Olahraga  Dan  Kesehatan  Bagi Anak  Berkebutuhan  Khusus (ABK).
D. Rumusan  masalah
          Mencermati  identifikasi  masalah  di  atas  maka  penulis  dapat  merumuskan  masalah penelitian  yaitu:  Bagaimana  pembelajaran  penjasorkes   bagi  Anak   Berkebutuhan   Khusus  pada  Sekolah Luar Biasa  Negeri  SoE?
E. Tujuan  dan  Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi para Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) tingkat dasar, instansi, organisasi masyarakat yang terkait dalam upaya pemberdayaan individu penyandang cacat agar mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas dirinya sebagaimana yang kita harapkan bersama dalam model pembelajaran.
b. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam proses pembelajaran Penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri SoE.
- Untuk mengtahui  Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE.
2. Kegunaan  Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
- Sebagai  sumbangan  ilmiah  untuk  perkembangan  ilmu  pengetahuan  khususnya  Pendidikan Jasmani  Kesehatan  dan  Rekreasi.
- Sebagai bahan acuan atau landasan dalam peningkatan  pengembangan  latihan  untuk  memperoleh  data-data  serta  model  pembelajaran  yang  cocok  bagi  Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
b. Kegunaan Praktis
- Sebagai  informasi  untuk  Universitas  PGRI  khususnya  bagi  FKIP  Olahraga  dalam  pengembangan  ilmu  pendidikan  jasmani.
- Sebagai  masukan  bagi  pemerintah  kabupaten TTS  supaya  melihat  olahraga  di  SLB  maupun  di Panti  Asuhan.
1. Definisi  operasional  konsep
1. Model
  Ellias M. Awad (1979) mengemukakan bahwa: Model sebagai suatu presentasi dari suatu kenyataan sistem yang direncanakan.
2. Pembelajaran
    Pembelajaran  merupakan suatu  proses yang dilakukan  secara  sadar dan sistematis melalui tahap perencanaan, perancangan,  pelaksanaan,  dan  evaluasi.
3. Model  pembelajaran
Model Pembelajaran  merupakan  sebuah  rencana  yang  dimanfaatkan  untuk  merancang. Isi yang terkandung didalam model pembelajaran  adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan  istruksional.
4. Pendidikan  Jasmani  Adaptif
Pendidikan  Jasmani  merupakan  bagian  integral  dari  sistem  pendlidkian  secara   keseluruhan,  bertujuaan  untuk  mengembangkan  aspek  kesehatan,  kebugaran  jasmani ketrampilan berpikir  kritis, stabilitas  emosional,  ketrampilan  sosial, penalaran  dan  tindakan  moral  melalui  aktivitas  jasmani  dan  olahraga.
5. Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK)
Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK)  adalah  anak  yang  memiliki  keterbatasan  khusus  sedemikian  rupa  baik  fisik,  mental  maupun  sosial  sehingga  ia  memerlukan Pendidikan   Luar   Biasa  (PLB).  Pendidikan  Luar  Biasa  (PLB)  merupakan  pendidikan  yang  dirancang  untuk  memenuhi  kebutuhan  Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK).
BAB   II
  KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan  Jasmani  Adaptif
1. Pengertian  pendidikan  jasmani  adaptif.
Secara  mendasar  pendidikan  jasmani  adaptif   adalah  sama  dengan  pendidikan   jasmani  biasa.  Pendidikan  jasmani   merupakan  salah  satu  aspek  dari  seluruh  proses  pendidikan  secara  keseluruhan.
Pendidikan  jasmani  adaptif  adalah  suatu  sistem  penyampaian  layanan  yang  bersifat  menyeluruh  dan  dirancang  untuk   mengetahui,   menemukan   dan   memecahkan  masalah dalam  ranah  psikomotor,  afektif  dan  kognitif.
Menurut  Arma Abdullah, (1996:2)  mengatakan bahwa:  Pendidikan jasmani adaptif merupakan salah satu alternatif  untuk membantu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mengoptimalkan kemampuannya di dalam gerak.
Dalam  pendidikan  jasmani adaptif  Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK) hanya belajar  keterampilan motorik, lebih dari itu mereka belajar pengetahuan tentang berbagai macam aktivitas yang dapat memberikan kepuasan, mengembangkan sikap dan apresiasi terhadap berbagai aktivitas yang mereka ikuti, mereka juga belajar  bagaimana memanfaatkan waktu luang sebagai  bentuk rekreasi yang dapat  memberikan kesenangan baik secara fisiologis, psikologis dan sosialnya.
 Menurut Arma Abdullah dan Agus Manadji (1996:3) mengatakan bahwa: Pendidikan jasmani adaptif adalah pendidikan melalui program pendidikan jasmani yang dimodifikasi untuk memungkinkan individu dengan kelainan memperoleh 
kesempatan. Dalam pendidikan jasmani adaptif  juga perlu dikembangkan strategi pembelajaran dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa.
2.    Ciri dari program pengajaran pendidikan jasmani adaptif. 
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif.
Secara  singkat  dapat  dikatakan  bahwa  pendidikan  jasmani  khusus  adalah  satu  bagian  khusus  dalam  pendidikan  jasmani  yang  dikembangkan  untuk  menyediakan  program  bagi  individu  dengan  kebutuhan  khusus.
    Ciri  program  utama  dalam  pengembangan  yaitu:
a. Program  Pengajaran  Pendidikan Jasmani  Adaptif disesuaikan  dengan  jenis  dan  karakteristik  kelainan  siswa. Program ini dimaksudkan  untuk  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  yang  berkelainan  berpartisipasi  dengan  aman,  sukses,  dan  memperoleh  kepuasan.  Misalnya:  bagi  siswa  yang  memakai  kursi  roda  satu  tim  dengan   yang   normal  dalam  bermain  basket, ia  akan  dapat  berpartisipasi  dengan  sukses  dalam  kegiatan  tersebut  bila  aturan  yang  dikenakan  kepada  siswa  yang  berkursi   roda  dimodifikasi. 
Oleh  karena  itu,  pendidikan  jasmani  adaptif  akan  dapat  membantu  dan  menolong  siswa  memahami  keterbatasan  kemampuan  jasmani  dan  mentalnya.
b. Program  Pengajaran  Pendidikan Jasmani  Adaptif  harus  dapat  membantu  dan  mengkoreksi  kelainan  yang  disandang  oleh  siswa.
Kelainan  pada  Anak  Luar  Biasa  bisa  terjadi  pada  kelainan  fungsi  postur,  sikap  tubuh  dan  pada  mekanika  tubuh.  Untuk  itu, program  pengajaran  pendidikan  jasmani  adaptif  harus  dapat  membantu  siswa  melindungi  diri  sendiri  dari  kondisi  yang   memperburuk  keadaannya.
c. Program Pengajaran Pendidikan Jasmani Adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan  kemampuan  jasmani  individu  Anak Berkebutuhan Khusus.
Untuk  itu  pendidikan  jasmani  adaptif  mengacu  pada  suatu  program  kesegaran  jasmani  yang  progresif,  selalu  berkembang  dan  atau  latihan  otot-otot  besar.  Dengan  demikian  tingkat  perkembangan  Anak Berkebutuhan Khusus  akan  dapat  mendekati  tingkat  kemampuan  teman  sebayanya. 
Apabila  program  pendidikan  jasmani  adaptif dapat  mewujudkan  hal  tersebut  di atas,  maka    pendidikan  jasmani  adaptif  dapat  membantu  siswa  melakukan  penyesuaian  sosial  dan  mengembangkan  perasaan  siswa  memiliki  harga  diri.
3. Tujuan  Pendidikan  Jasmani  Adaptif.
Sebagaimana dijelaskan di atas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. Dalam Salmon Runesi dengan buku yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus sebagai berikut: 
a. Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
b. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
c. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
d.  Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
e. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
f. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
B.  Pembelajaran  Pendidikan Jasmani Adaptif  Bagi  Anak Berkebutuhan Khusus.
 Pembelajaran  adaptif  merupakan  pembelajaran  biasa  yang  dimodifikasi  dan  dirancang  sedemikian  rupa  sehingga  dapat  dipelajari,  dilaksanakan  untuk  memenuhi  kebutuhan  pendidikan  Anak  Berkebutuhan  Khusus (ABK). Dengan  demikian  pembelajaran   adaptif  bagi  Anak Berkebutuhan Khusus  hakekatnya  Pendidikan  Luar  Biasa  (PLB).  Sebab  dalam  pembelajara   adaptif  bagi  Anak Berkebutuhan Khusus yang  dirancang  adalah  pengelolaan  kelas,  program  dan  layanannya.
 Program  adalah  fase  (tahap)  pendidikan  jasmani  yang sesuai  dengan  kebutuhan  perorangan  karena  ketidakmampuan  fisik  dan  ketidakmampuan  untuk  meningkatkan  melalui  aktivitas  fisik.
Secara  temporer  atau  permanen  tidak mampu  mengambil  dalam  program  pendidikan  jasmani  regular  atau  program-program  khusus  dibuat  bagi  siswa  yang  berhambatan  dalam  kelas-kelas  pendidikan  jasmani  regular.  Program  pembelajaran  adaptif  berarti  suatu  bagian  signifikan  dari  suatu  populasi  sekolah  yang  tidak  termasuk  dalam  kelompok  “rata-rata”  atau “normal”  untuk usia  dan kelas  pada  umumnya.
Pendidikan  jasmani  adaptif  dapat  berguna  bagi  Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK)  yaitu:
1. Dapat  membantu  mengenal  kelainannya  dan  mengarahkan  pada  individu- individu  atau  lembaga-lembaga  yang  terkait.
2. Dapat  memberi  kebahagiaan  bagi  anak  dengan  kebutuhan  khusus,  memberi   pengalaman  bermain  yang  menyenangkan.
3. Dapat  membantu  siswa  mencapai  kemampuan  dan  latihan  fisik  sesuai  dengan  keterbatasannya.
4. Dapat  memberi  banyak  kesempatan  untuk  mempelajari  keterampilan  yang  sesuai dengan  anak-anak  yang  memiliki  kelainan  untuk  meraih  kesuksesan.
5. Pendidikan  jasmani dapat  berperan  bagi  kehidupan  yang  produktif  bagi  anak  dengan kebutuhan  khusus  dengan  mengembangkan  kualitas  fisik  yang  diperlukan  untuk  memenuhi  tuntutan  sehari-hari.
Menurut Arma Abdullah, M.Sc menyatakan bahwa tujuan-tujuan program pendidikan jasmani adaptif adalah sebagai berikut:
a. Membantu siswa mengoreksi kondisi-kondisi yang tidak mampu diperbaiki.
b. Membantu siswa cedera dan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari partisipasi dalam aktivitas pendidikan jasmani.
c. Memberi kesempatan bagi siswa untuk mempelajari beragam aktivitas rekreasional yang sesuai.
d. Membantu siswa membangun kekuatan organis yang optimal dan kondisi fisik yang optimal sesuai dengan sumber daya fisik mereka.
e. Membantu siswa memahami dan menghargai keterbatasan fisik dan mental mereka.
f. Membantu siswa membangun kesan diri yang berharga.
g. Membantu siswa memahami, menghargai, dan membangun mekanika tubuh yang baik.
h. Membantu siswa memahami dan menghargai olahraga yang nanti mereka menjadi penonton.
C.   Hakekat  Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK)
   Apabila  kita  berbicara  mengenai  Pendidikan  Luar  Biasa  (PLB)  dalam  bahasa  Inggris  disebut  “Special Education” maka  tidak  bisa  lepas  dengan  Anak Berkebutuhan  Khusus  (ABK)  atau  exceptional  children.  Anak Berkebutuhan Khusus  juga  dikenal  dengan  anak  cacat,  anak  berkelainan,  dan  anak  tuna  yang  dalam  pembelajarannya  menjadi   salah  satu  kelompok  anak  yang  memiliki  kebutuhan  khusus.
  Dalam  Anak Berkebutuhan Khusus  juga  memiliki  penggunaan  kosekuensi  yang  berbeda.  Istilah  yang  tepat  adalah  dari mana  kita  memandangnya. Dalam  bahasa  Inggris  dikenal  dengan  istilah  Impairment,  Disability  dan  Handicap. 
1. Impairment;  hubungan  dengan  penyakit  dan  jaringan.
2. Disability;  berhubungan  dengan  kekurangan/kesalahan  fungsi  atau tidak  adanya  bagian  tubuh  tertentu.
3. Handicap;  berhubungan  dengan  kelainan  dan  ketidakmampuan  yang  dimiliki  seseorang  apabila  berinteraksi  dengan  lingkungannya.
 Anak  Berkebutuhan  Khusus  (ABK)  adalah  anak  yang  memiliki  kelainan  pada  fisik,  mental,  tingkah  laku  (behavioral)  atau  indranya  memiliki  kelainan  yang  sedemikian  rupa  sehingga  untuk  mengembangkan  secara  maksimum  kemampuannya (capacity) membutuhkan  Pendidikan Luar Biasa  atau  layanan  yang berhubungan  dengan  Pendidikan Luar Biasa.  
Menurut  Djaja Raharja, (2003:1)  mengatakan  bahwa: Anak  Berkebutuhan  Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial, maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan Luar Biasa (PLB).
Dengan  hak asasi  sebagai  anak  ia  harus  tumbuh  dan  berkembang  di tengah  lingkungan  keluarga,  maka  Pendidikan Luar Biasa  dalam  bentuk  kelas  khusus  yang  berlokasi  pada  Sekolah Luar Biasa  harus  dirancang  sedemikian  rupa  sehingga  program  dan  layanannya  dekat  dengan  lingkungan  Anak Berkebutuhan Khusus. 
Dengan  sikap ini  maka  timbullah  Hak  Asasi  Manusia  (HAM)  penyandang  cacat  yang  meliputi:
a. Hak  untuk  mendidik dirinya  (The  Right  to  Educater  Oneself).
b. Hak  untuk  pekerjaan  dan  profesi  (The  Right  to  Occupaation  or  Profession).
c. Hak  untuk  memelihara  kesehatan  dan  fisik  secara  baik  (The  Right  to  Maintain   Healt  and  Physicial  Well Being).
d. Hak  untuk  hidup  mandiri  (The   Right  to  Independent  Living).
e. Hak  untuk  kasih  sayang (Right  to   Love).
      Pendidikan  Luar  Biasa  adalah  pendidikan  biasa  yang  dirancang,  diadaptifkan  sesuai  dengan  karakteristik  masing-masing  kelainan  anak  sehingga memenuhi  kebutuhan  pendidikan  Anak Berkebutuhan Khusus.
  Menurut  Djaja Raharja. (2003:2) mengatakan bahwa: Pendidikan Luar Biasa (PLB) merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Adapun yang dirancang dalam Pendidikan Luar Biasa (PLB) adalah kelas,program dan layanannya. Sehingga Pendidikan Luar Biasa dapat diartikan juga sebagai spesial kelas, program atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa.
D.  Model-Model  Pembelajaran  Pendidikan Jasmani  Adaptif
Model pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif merupakan perencanaan yang digunakan untuk merancang suatu sistem pendidikan secara keseluruhan. 
Dan juga bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial penalaran dan tindakan  moral melalui  aktivitas  jasmani dan olahraga. 
Model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif digunakan untuk mengefisienkan materi pengajaran agar sesuai dengan kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Menurut Bruce Joice dan Marsha Weil, (1972) mengatakan bahwa model mengajar adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan membuat petunjuk kepada pengajar di kelas atau lapangan dalam seting pengajaran atau seting lainnya.
Model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media berupa buku, kamera,  serta alat-alat teknologi lainnya.
Adapun beberapa macam  model  pembelajaran  yaitu:
1. Ceramah;  merupakan  suatu  cara  penyampaian   informasi  dengan  lisan  dari seorang  guru  kepada  sejumlah  Anak Berkebutuhan Khusus.
2. Praktik  dan  latihan;  merupakan  suatu  teknik  untuk  membantu  Anak Berkebutuhan Khusus  agar  dapat  menghitung  dengan  cepat  yaitu  dengan  banyak  latihan  dan  mengerjakan  soal.
3. Demonstrasi;  merupakan  suatu  cara  penyampaian  informasi  yang  mirip  dengan ceramah,  tetapi  frekuensi  pembicara  lebih  sedikit  dari  pendengar.
Model pembelajaran pendidikan jasmani telah dikembangkan untuk membantu guru demi memperbaiki kapasitasnya agar mampu menjangkau lebih banyak strategi mengajar yang efektif terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dalam dunia pengajaran, model pembelajaran identik dengan pola dasar mengajar, sistem dan prosedur. 
Menurut Engkoswara dan Rustiyah, (1984) mengatakan bahwa pola dasar mengajar yaitu: suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang bertautan satu sama lain untuk mencapai tujuan pengajaran.
E. Sarana  Dan  Prasarana  Pembelajaran  Pendidikan Jasmani.
1. Pengertian  sarana  pendidikan  jasmani
Istilah  sarana  mengandung  arti  sebagai  sesuatu  yang  dapat  digunakan  atau  dapat  dimanfaatkan. 
Sarana  pendidikan  jasmani  adalah  segala  sesuatu  yang  dapat  digunakan  atau  dimanfaatkan  dalam  pembelajaran  pendidikan  jasmani.
Menurut  Wirjasanto, (1984:154) Sarana prasarana olah raga adalah suatu bentuk permanen, baik itu di luar ruangan maupun di dalam.  Contoh: Cymnasium, lapangan permainan, kolam renang, dsb. 
Sarana  juga dapat  dibagi  dalam dua macam  yaitu:
a. Peralatan  (apparatus),  yaitu  segala  yang  dapat  digunakan  dan  dimanfaatkan  siswa untuk  melakukan  kegiatan  diatasnya,  di  dalam,  diantaranya  atau  dibawahnya.  Contoh:  peti  lompat  (bertumpu  diatasnya),  bangku  Swedia  (untuk  merangkak,  melompat  dsb),  gelang-gelang,  tiang  dan matras  lompat  tinggi  dan  sebagainya.
b. Perlengkapan  (device),  yaitu  segala  sesuatu  yang  melengkapi  prasarana.  Contoh:  tanda  bendera,  garis  pembatas  atau  segala  sesuatu  yang  dapat  di   manipulasi  dengan  tangan    atau  kaki  misalnya  raket,  bola,  pemukul  dan sebagainya.
- Pengembangan  sarana  pendidikan  jasmani.
Salah  satu  kendala  kurang  lancarnya  pembelajaran  pendidikan  jasmani  di  sekolah-sekolah  termasuk  didalamnya  Sekolah Luar Biasa, adalah  kurang  memadainya  sarana  yang  dimiliki  oleh  sekolah-sekolah  tesebut.
Disamping  itu  ketergantungan  para  guru  penjas  pada  sarana  yang  standart  serta  pendekatan  pembelajaran  pada  penyajian  teknik-teknik  dasar  yang  juga  standart  sesuai  dengan  kurikulum  yang  ditetapkan.  
 Pada  tingkat  Sekolah Luar Biasa,  pemberian  berbagai  gerak  dasar  umum  maupun  gerak  dasar  dominan  harus  banyak  dilakukan  sehingga siswa  mempunyai  banyak   pengalaman  gerak  dan  bisa  membina  serta  menumbuhkan  konsep-konsep  gerak  yang  variatif. 
Pengembangan  sarana  pendidikan  jasmani  artinya  melengkapi  yang  sudah  ada  dengan  jalan  mengadakan,  memperbanyak  dan  membuat  alat-alat  yang  sederhana atau  dimodifikasi. Tujuannya  adalah  tetap  untuk  memberdayakan  anak agar  bisa  lebih  banyak  bergerak  dalam  situasi  yang  menarik  dengan  gembira  tanpa kehilangan  esensi  penjas  itu  sendiri. 
- Prasarana  pendidikan  jasmani.
Prasarana  pendidikan  jasmani  adalah  segala  sesuatu  yang  dapat  mempermudah  dan  memperlancar  kegiatan  pendidikan  jasmani  yang  bersifat  relatif permanen  atau  susah  dipindah-pindahkan. 
Secara  garis  besar  prasarana  atau  fasilitas  pendidikan  jasmani  terdiri  dari  dua  macam,  yaitu:  prasarana  pendidikan  jasmani  di  dalam  ruangan  (indoor facilities)  dan  prasarana  pendidikan  jasmani  di  luar  ruangan  (outdoor facilities). 
Prasarana  dalam  ruangan  meliputi  ruang  serbaguna  atau  hal  untuk  kegiatan  senam,  bulutangkis,  tenis  meja,  basket,  voli,  olahraga  bela diri,  ruang  ganti  pakaian  dengan  tempat  pakaiannya,  ruang  mandi  dan  lain-lain.  Ruangan  tersebut  akan  lebih  baik  dan  luas  dan  pada  bagian  dinding  dipasang  cermin  yang  cukup  besar. Prasarana  luar  ruangan  banyak  ragam  dan  kegunaannya  yaitu  mulai  dari  lapangan  olahraga  yang  tersedia  sampai  lahan  lain  yang  bisa  dimanfaatkan  seperti:  halaman,  taman,  lorong-lorong,  kebun,  dan  bukit  yang  ada  di  sekitar  sekolah. 
Dari  pengertian  di atas,  maka  Prasarana  penjas  adalah  segala sesuatu  yang  dapat  mempermudah  atau  memperlancar  kegiatan  pendidikan  jasmani  yang  meliputi  fasilitas  di   dalam  ruangan  (indoor  facilities),  dan  yang  berada  di  luar  ruangan  (outdoor  facilities). 
F. Lembaga Pendidikan Sekolah Luar Biasa
a. Lembaga Pemerintah
Departemen pendidikan Nasional umumnya mendirikan Sekolah Luar Biasa Negeri dan sekolah insklusif, ini biasanya seutuhnya milik pemerintah. Mulai dari kepemilikan gedung, sarana dan prasarana, tenaga pendidik, serta sampai kepemilikan asrama semuanya dibiayai oleh pemerintah.
  Departemen kehakiman dan Departemen Sosial dalam pananganan Anak Berkebutuhan Khusus, yang pada dasarnya mereka menyelenggarakan pendidikan di bawah naungan suatu departemen pemerintah. Dewasa ini di tengah dikembangkan Pendidikan Inklusi. Pengembangan Pendidikan Insklusif  ini tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia terutama negara-negara Eropa Barat. 
Dalam pendidikan inklusi anak-anak berkebutuhan khusus di integrasikan ke sekolah-sekolah umum dengan menggunakan seoptimal mungkin seluruh fasilitas yang ada serta dukungan lingkungan sekolah. Pelaksanaan Pendidikan Inklusi ini dilandasi keyakinan bahwa semua orang adalah bagian yang berharga dalam kebersamaan masyarakat, apapun perbedaan mereka. 
Dalam pendidikan ini berarti semua anak terlepas dari kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, latar belakang budaya atau bahasa, agama atau jender, menyatu dalam komunitas sekolah yang sama. Diharapkan dengan berbagai alternatif jenis pelayanan pendidikan (sekolah) seperti di atas, orang tua dapat memilih Sekolah Luar Biasa yang dirasa paling tepat bagi pendidikan putra putrinya yang berkelainan. Tidak ada alasan untuk tidak menyekolahkan anaknya yang berkelainan, hanya karena tidak ada sekolah bagi mereka.
b. Lembaga Swasta
1. Untuk Sekolah Luar Biasa swasta ada yang sepenuhnya dibiayai oleh swasta di bawah naungan sebuah yayasan yang bergerak dalam pendidikan. Ada juga Sekolah Luar Biasa swasta yang diberi subsidi/bantuan pemerintah. Misalnya subsidi akan sarana dan prasarana seperti bangunan, Alat Tulis Kantor Laboraturium, sampai pada tenaga pendidiknya yang merupakan wujud subsidi dari pemerintah.
2. Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam perlindungan anak di bawah naungan sebuah yayasan dan difokuskan untuk menyelenggarakan rehabilitas dan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus, misalnya semacam klinik penanggulangan Narkoba dan sebagainya. 
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  metode  survei.
Menurut Cohen dan Nomion, (1982) dalam Sukardi, (2003:193) menyatakan bahwa: penelitian survei sebenarnya masih lebih tepat merupakan salah satu dari jenis penelitian deskriptif.
Metode  survei  meupakan  kegiatan  penelitian  yang  mengumpulkan  data  pada saat  tertentu  dengan  tiga  tujuan  penting  yaitu:
1. Mendeskripsikan  keadaan  alami  yang  hidup  saat  itu.
2. Mengidentifikasi secara terukur  keadaan  sekarang  untuk  dibandingkan.
3. Menentukan  hubungan  sesuatu  yang  hidup  diantara  kejadian  spesifik.
Mengacu  pada  pendapat  di atas, maka  penelitian  diartikan  sebagai  upaya  dalam  ilmu  pengetahuan  yang  dijalankan  untuk  memperoleh  fakta-fakta  dan  prinsip  dengan,  hati-hati  dan  sistematis  untuk  memperoleh  atau  mewujudkan  kebenaran.
  Penjelasan di atas sesuai dengan pendapatnya Mardalis, (2008:24) mengatakan bahwa: Penelitian diartikan sebagai upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakat-fakta dan prinsip dengan  sabar,hati-hati dan sistematis untuk memperoleh atau mewujudkan kebenaran.
Penelitian deskriptif adalah merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya (Sukardi, 2003:157). Oleh karna itu, yang menjadi tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran nyata.
Metodelogi yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bersifat eksploratif. Ahli yang menemukan tentang penelitian ini adalah (Sukardi, 2003:162), mengatakan bahwa:
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat.
B. Jenis  Penelitian
Pokok  pembahasan  dan tujuan  yang  telah  dibahas  dan  diuraikan  pada  bab-bab  sebelumnya,  dalam  penelitian  ini  maka  penulis  menggunakan  survei    penelitian  kualitatif. 
 Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha  menggambarkan  dan menginterprestasi  objek  sesuai  dengan  apa  adanya  (Sukardi, 2003:175).  
C. Tempat   dan  Waktu  Penelitian
1. Tempat   
Yang  menjadi  tempat  dalam  penelitian  ini  adalah  pada  Sekolah Luar Biasa Negeri  SoE
2. Waktu  
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 sampai 21 Mei 2013 sesuai dengan yang akan di tetapkan  peneliti. 
D. Peranan  Peneliti  dan  Informan  Penelitian
1. Peranan  peneliti
Dikancah, peneliti berperan sebagai pengamat yang terlibat (participant  observer).
2. Informan  penelitian 
Dalam  penelitian  ini  tidak  terlepas  dari  informan  kunci  yang  akan  di  peroleh  dari  Kepala  Sekolah,  Guru  Penjas  dan  Siswa  SLB  Negeri  SoE  yang  mempunyai  informasi  yang  dapat  diperlukan,  yang  tidak  terlepas  dari  peneliti  pada  tahap  persiapan  pelaksanaan  penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data  
Dalam  penelitian  ini,  peneliti  menggunakan  beberapa  metode  yang dapat  memberikan  informasi  yang  meliputi:
1.  Observasi
Dalam  penelitian  ini  observasi  merupakan  suatu  cara  atau  teknik  pengumpulan   data  yang  baik  dan  mendukung  untuk  mengumpulkan  data  sesuai  dengan  masalah  pokok.
2.  Wawancara
Untuk  melengkapi  dan  memperkuat  data  yang  diperoleh  maka  perlu  adanya  wawancara.  Wawancara  merupakan  percakapan  dengan  maksud  tertentu  yang  dilakukan  oleh  pewawancara  yang  diwawancarai  (Arikunto, 1985:45).   
3. Dokumentasi  
Merupakan  barang-barang  simpanan  atau  berupa  alat-alat  rekaman   yang  digunakan  berupa  foto,  arsip-arsip,  dan  dokumen  lain  yang  berhubungan  dengan  penelitian.
F. Penentuan  Sumber  data  
 Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan dua penentuan  sumber  data  yakni:
1. Data  primer  yaitu:  data  yang  diambil  pada  saat  observasi  di tempat   penelitian    dengan  menggunakan instrumen observasi.
Di mana  penelitian  ini  peneliti  menggunakan  observasi  untuk  mengamati  tentang  model  pembelajaran  penjasorkes  bagi  anak   berkebutuhan  khusus  pada  Sekolah Luar Biasa  Negeri  SoE.
2. Data  sekunder  yaitu:  data   yang  diperoleh  dari  buku-buku,  jurnal  penelitian,  makalah, brosur  dan  arsip  yang ada  relevansinya  dengan  penelitian.
G. Teknik Keabsahan Data
Peneliti menjaring informasi fenomena dari berbagai sumber dan sudut pandang yang berbeda, sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi (metode informan teori) dengan tujuan untuk meningkatkan data yang valid dan akurat agar dapat dipercaya.
Kriteria keabsahan data kualitatif menurut Soenardi S (1999:153) bahwa:
1. Dapat dipercaya (Dependibillty), artinya data yang diperoleh melalui informasi dalam penelitian benar-benar sesuai.
2. Dapat diandalkan (anabillity), artinya menilai keadaan data yang diperoleh dalam penelitian.
3. Dapat ditransfer (trasnferabillty), artinya data yang ditemukan saat penelitian dapat ditransfer di kancah penelitian lain yang memiliki kesamaan maupun berbagai pihak dengan mendeskripsikan tema dan hasil penelitian yang lengkap.
4. Dapat dicocokkan, artinya menilai kualitas data yang diperoleh maka peneliti mencocokkan dengan data yang sebenarnya dengan melibatkan teman sejawat.
H. Teknik  Analisis  Data
          Teknik  analisis  data  merupakan  bagian  yang  sangat  penting  dalam  pelaksanaan  penelitiaan  karena  analisis  data  dapat  memberikan  arti  dan  makna  yang  berguna  dalam  memecahkan  masalah  penelitian.
Teknik  analisis  data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  secara  deskriptif kulitatif, deskriptif  bertujuan  untuk  mendapatkan  informasi  mengenai fenomena-fenomena  atau  situasi  yang  faktual  pada  saat  penelitian  berlangsung. Jika  data  yang  ada  adalah  data  kualitatif,  maka  deskripsi  data  ini  dilakukan  dengan  cara menyusun  dan  mendeskripsikan  data  yang  ada,  sehingga  memberikan  gambaran  yang  nyata.
        Yang dimaksud dengan mendeskripsikan data adalah upaya  menggambarkan  data  yang  ada  guna  memperoleh  bentuk  dari  responden,  sehingga  lebih  mudah  dimengerti  oleh  peneliti  atau  orang  lain  yang  tertarik  dengan  hasil  penelitian  yang dilakukan.  (Sukardi, 2003:86).
I. Instrumen  Penelitian
1. Instrumen observasi  adalah  pengamatan  langsung  dan  penulis  lebih banyak menggunakan panca indranya yaitu indra penglihatan. 
Instrumen  observasi  akan  lebih  efektif  jika  informasi  yang  hendak  diambil  berupa  kondisi  atau  fakta  alami, tingkah  laku  dan  hasil  kerja  responden  dalam  situasi  alami yakni sarana prasarana:
a. Sarana yaitu: Peti Lompat, Bangku Swedia, Tiang, Matras, Raket, Bola, Bet, Net dan Pemukul.
b. Prasarana yaitu: Lapangan dan Ruangan Serbaguna. 
Untuk  memaksimalkan  hasil  instrumen  observasi,  peneliti  menggunakan  alat  bantu  yang  sesuai  dengan  kondisi  lapangan  berupa:  Buku  catatan,  Kamera,  Film  projektor  dan  lain-lain.  Peneliti  dianjurkan  untuk  memilih  yang  tepat  dan  dapat  memaksimalkan  pengambilan  data  di  lapangan, (Sukardi,  2003:79).
2. Instrument  Wawancara  adalah  suatu  alat  atau   media  penelitian  yang  dipakai  penulis  untuk  melakukan  tanya  jawab  atau  wawancara  secara  langsung  dengan  pihak  Sekolah Luar Biasa Negeri SoE  yang  dalam  hal  ini:  
Kepala  Sekolah,  Guru  Penjas  sebagai  kroscek dari  informasi  yang  didapat  saat  observasi  berlangsung.
 Pengertian  tersebut  di atas, diperkuat oleh pendapatnya (Sukardi, 2003:79) mengatakan  bahwa: Teknik wawancara dapat dipergunakan peneliti untuk berhadapan muka secara langsung dengan responden atau subjek yang diteliti dan menanyakan sesuatu yang telah direncanakan kepada responden. Pada teknik wawancara ini dimungkinkan peneliti dengan responden melakukan tanya jawab secara interaktif maupun secara sepihak saja misalnya dari peneliti saja. 
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah singkat Sekolah Luar Biasa Negeri Nunumeu SoE 
Pada tanggal 02 Mei 1986 dengan SK pendirian Sekolah dari Kanwil Depdiknas/Dinas Pendidikan/Depag: No. 422/193-1/PPO/2012 Tgl/Bln/Thn 24 Januari 2012, adalah bedirinya SLB Negeri SoE di Jalan Kakatua No.52 Kelurahan Nunumeu Kecamatan Kota SoE Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sejak berdirinya sekolah tersebut, memiliki 8 ruangan yaitu 1 ruangan Kepala Sekolah dan Kantor, 1 ruangan Guru, 1 ruangan Perpustakaan, 1 ruangan Tata Usaha, 1 ruangan Aula, 3 ruangan belajar.
Sekolah Luar Biasa Negeri SoE memiliki luas lahan 12.226 meter dan merupakan milik pemerintah. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan pada pagi hari dimulai pukul 07.30 s/d 12.30 dengan jumlah jam pelajaran dalam seminggu yaitu : 30 jam pelajaran.
2. Letak Geografis Sekolah Luar Biasa Negeri SoE
Sekolah Luar Biasa Negeri SoE berada di wilayah Kelurahan Nunumeu Kecamatan Kota SoE Kabupaten Timor Tengah Selatan. Lokasi Sekolah Luar Biasa Negeri SoE merupakan tempat strategis yang mudah diakses karena didukung oleh transportasi yang dapat dijangkau dari segala arah.
Sekolah Luar Biasa Negeri SoE terletak di Jalan Kakatua No. 52 Kelurahan Nunumeu Kecamatan Kota SoE, Telp/Hp (Kasek) 085253265622, Kode Pos ; 85511. 
Eksistensi sebuah tanah dan gedung lasimnya memiliki batas-batas tertentu. Adapun batas-batas wilayah Sekolah Luar Biasa Negeri SoE sebagai berikut:
Setiap instansi atau sekolah tentunya memiliki visi dan misinya masing-masing,demikian halnya dengan Sekolah Luar Biasa Negeri SoE memiliki visi dan misi. Berikut ini Visi dan Misi Sekolah Luar Biasa Negeri SoE:
a. Visi 
Terwujutnya anak –anak luar biasa/Berkebutuan Khusus sebagai ciptaan Tuhan yang berbakat dan penuh percaya diri dan dapat mandiri sehingga menghasilkan anak- anak didik yang terampil sesuai dengan kecacatan yang dimiliki.
Unggul dalam berprestasi dengan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa serta percaya diri dan dapat mendiri serta tumbuh dalam lingkungan yang sehat dan nyaman.
b. Misi 
Berdasarkan Visi di atas maka Misi Sekolah Luar Biasa Negeri Nunumeu Soe adalah sebagai berikut :
• Mengoptimalkan sisa kemampuan anak-anak luar biasa yang masih ada pada dirinya/diri anaknya.
• Memberi hak (mengembalikan hak-hak) kepada anak- anak yang berkebutuhan khusus.
• Membekali anak luar biasa/anak yang berkebutuhan khusus agar biasa mandiri atau memiliki kecakapan hidup.
• Meningkatkan pola pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
• Membangun jaringan kerja sama dengan lembaga / instansi yang terkait dunia usaha masyarakat dan orang tua siswa dalam rangka pengembangan Manajemen yang Berbasis Sekolah .
• Membentuk moral dan aklak anak menuju kepada kepribadian yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
• Membangun lingkungan yang asri dan produktif serta bermanfaat bagi kebutuhan anak luar biasa.
3. Gambaran Kondisi Sekolah Luar Biasa Negeri SoE
Profil Sekolah
1. Nama Sekolah   : Sekolah Luar Biasa Negeri SoE
2. NPSN    :69734261
3. No. Registrasi Sekolah  : -
4. No/Tgl SK Pendirian Sekolah : 02-05-1986
5. KTSP    : Sudah dilaksanakan
6. Jumlah siswa   : 73 orang
a. Kelas X   : 47 orang
b. Kelas XI   : 26 orang
7. Jumlah Rombongan Belajar : 6 Rombongan Belajar
8. Jurusan/Program   : A,B,C,D/Tata Boga, Otomotif, Pertukangan.
9. Lahan/Tanah
a. Sudah sertifikat  : Sudah
b.  No. Sertifikat   : 24.02.02.032.00041
10. Akreditasi 
a. Sudah/Klasifikasi  : Sudah untuk tingkat SLB
b. Belum    : Belum, untuk tingkat SMLB
11. Jarak Sekolah dengan Dinas PPO : 5 Km
12. E-Mail    :smlb.nunumeu@yahoo.com 
         Table 4.1.  Keadaan Siswa menurut Tingkat dan Agama.
Tingkat     Islam  Protestan  Katolik  Hindu  Budha  konghucu Jumlah 
       I      -       43       9       -        -       -       -
      II      -      17       4       -        -       -       -
      III      -        -       -       -        -       -       -
Jumlah       -      60     13       -       -       -       -
Table 4.2. Kelompok Siswa menurut Tingkat, Ketunaan dan Jenis Kelamin
      Siswa/I  Tingkat I Tingkat II Tingkat III Jumlah
 L P L P L P L    P 
   Tuna Netra  1 3 2 2 - - 3 5
  Tuna Rungu  2 4 3 1 - - 5 5
   Tuna Grahita - 3 6 3 - - 6 6
   Tuna Daksa 4 1 4 4 - - 8 5
   Tuna Laras 16 - 1 13 - - 17 13
Jumlah  23 11 16 23 - - 39 34
Tabel 4.3. Kelompok Siswa menurut Tingkat Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur
Umur Tingkat I Tingkat II Tingkat III Jumlah
 L P L P L P L P L+P
<13 Tahun - - - -     -
13 Tahun - - - -     -
14 Tahun - 1 - -     1
15 Tahun 3 3 - -     6
16 Tahun 5 3 - -     8
17 Tahun 7 8 4 1     20
18 Tahun 3 7 2 4     16
19 Tahun 4 2 3 6     15
20 Tahun 1 - 2 2     5
21 Tahun - - - -     -
>21 Tahun - - - 2     2
Jumlah 4) 23 24 11 15     73
Tabel 4.4. Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Administrasi menurut Status Kepegawaian, Golongan, dan Jenis Kelamin
Jabatan Status Kepegawaian Jlh
 Tetap  Tidak Tetap  
 Gol. I Gol. II Gol.III Gol.IV Yayasan  PNS Honor Komite Bantu Pusat Bantu Daerah 
 L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P
Ka. Sek        1            -
Guru             5 6   -   
T. Admin              1      
Tabel 4.5. Kepala Sekolah dan Guru menurut Kelompok Umur dan Masa Kerja Seluruhnya
Jabatan  Kelompok Umur (tahun) Masa Kerja Seluruhnya (tahun)
 < 20 20-29 30-39 40-49 50-59 >59 Jlh  < 5 5-9 10 - 14 15-19 20-24 >24 Jlh 
Kepala Sekolah    1   1      1 1
Guru Tetap              
 Bantu Pusat              
 Bantu Daerah              
 Tidak Tetap  11     11 11      11
Jumlah Guru              
Tenaga Administrasi              
Sumber Data: Profil SLB Negeri Nunumeu SoE Tahun Ajaran 2013/2014.
B. Pembahasan 
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan ksehatan pada umumnya dan pendidkan jasmani adaptif khususnya, guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain dari pembiasaan pola hidup sehat.
Pelaksanaannya bukan hanya melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan motorik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inofatif, terampil, meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Proses pembelajaran Penjasorkes adaptif oleh guru penjas khususnya bagi siswa Berkebutuhan Khusus  merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi karena tugas guru adalah membantu siswa untuk memahami materi yang diajarkan, maka tidak ada kata menyerah walau sesulit apapun tugas yang dihadapi. Apalagi mengingat profesi guru adalah mulia karena memanusiakan manusia.  
Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka guru penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE dituntut untuk mampu memberikan ysng terbaik dalam proses pembelajarannya pada sekolah tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru penjasokes Sekolah Luar Biasa Negeri SoE ketika ditanyai bagaimana model pembelajaran penjasorkes bagi siswa Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE, ia mengatakan:
Model pembelajaran yang dilakukan bagi siswa Berkebutuhan Khusus dengan metode pembelajaran tatap muka langsung secara modifikasi berkelompok sesuai dengan ketunaan siswa masing-masing. (W.1.GP)
Berdasarkan guru penjasorkes di atas, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran penjasorkes bagi siswa Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE berjalan sebagaimana kegiatan atau model pembelajaran penjasorkes umumnya dilaksanakan sesuai dengan kemampuan siswa Berkebutuhan Khusus.
Mendapat tugas mengajar pada Sekolah Lua Biasa (SLB) bagi guru penjasorkes merupakan hal yang tidak mudah, di mana di dalam proses pembelajaran terdapat siswa yang memiliki kekurangan baik kekurangan secara fisik maupun mental dan salah satu kekurangan itu adalah masalah ketunaan siswa Anak Berkebutuhan Khusus. Dibutuhkan kebesaran dan kesabaran hati serta jiwa ditunjang dengan niat mulia agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapkan yaitu tujuan pendidikan jasmani adaptif.
Selanjutnya ditanyai metode apa yang digunakan oleh bapak Akys Nabunome sebagai guru penjasorkes dalam menyampaikan materi pada siswa Berkebutuhan Khusus, Ia mengatakan bahwa:
Metode pembelajaran yang disampaikan bagi siswa yang benar-benar Berkebutuhan Khusus dengan memberikan pemahaman pengertian dengan mempraktekan apa yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran berlangsung dan dalam pembelajaran berlangsung perlu ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan yakni:
awalan, inti dan penenangan (pembukaan, inti, dan penutup), memang sebagai guru yang mengajar di Sekolah Luar Biasa tentunya banyak tantangan atau kendala, namun masih dapat diatasi dan semua prose situ tetap berjalan. (W. 2. GP)
Berdasarkan pendapat guru penjasorkes di atas, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran penjasorkes bagi siswa Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE bejalan sebagaimana kegiatan atau proses pembelajaan penjasorkes umumnya yakni kegiatan awal (pembukaan), inti dan penenangan (penutup). 
Penjelasan tersebut di atas sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang dikemukakan oleh Arma Abdullah (1996) dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif”, sebagai berikut:
1. Untuk menolong siswa mengoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
2. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui penjas tertentu.
3. Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahaga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang besifat rekreasi.
4. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
5. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
6. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
7. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.    
Mengacu pada pendapat ahli diatas tentang tujuan pendidikan jasmani adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan jasmani adaptif adalah untuk; a). Menolong siswa mengoreksi kondisi yang dapat diperbaiki, b). Membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya, c). Memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahaga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang besifat rekreasi, d).  Menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya. Membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri. e). Membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik, dan f).  Menolong siswa memahami dan menghargai macam olahragayang dapat diminatinya sebagai penonton. 
Sifat program pengajaran pendidikan adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
a. Program pengajaran penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan  karakteristik kelainan siswa. 
b. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepadas siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan.
c. Program pengajaran penjas adaptif harus dapat membantu dan mengoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan mekanika tubuh.
d. Program pengajaran penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu Anak Berkebutuhan Khusus. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu  suatu program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus akan keanekaragaman dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya.
Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut diatas maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswamelakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri.
Selanjutnya ketika ditanyakan apakah dalam tugas mengajar pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE, bapak banyak menemukan permasalahan yang dihadapi oleh siswa Anak Berkebutuhan Khusus, ia mengatakan bahwa:
Ya, karena siswa yang Berkebutuhan Khusus seperti tunarungu maupun tuna daksa harus menyesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ada. (W.3. GP)
Mengacu pada pendapat responden diatas, maka dapat dianalisis bahwa guru dalam melaksanakan proses pembelajaran penjasorkes banyak menemukan permasalahan yang dihadapi siswa Berkebutuhan Khusus, karena proses pembelajaran penjasorkes pada siswa Bekebutuhan Khusus harus disesuaikan dengan ketunaan masing-masing. 
Lasimnya dalam setiap pembelajaran teori di dalam kelas maupun praktek di lapangan, tentunya para guru menerapkan metode dan pendekatan mengajarnya masing-masing,dimana penggunaan metode atau pendekatan dimaksudkan untuk untuk keberhasilan dari proses pembelajaran itu sendiri. Demikian halnya dengan model pembelajaran penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE, guru penjasorkes tentunya memiliki metode dan pendekatan khusus yang diterapkan dalam pembelajaran. Seperti hasil wawancara penulis dengan guru penjas Sekolah Luar Biasa  Negeri SoE yang mengatakan bahwa:
Metode atau pendekatan yang dipakai dalam pembelajaran khususnya dalam membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa Berkebutuhan Khusus adalah pendekatan berkelompok dan klasikal dengan ketunaan siswa serta penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran penjasorkes adaptif bagi ABK. (W.4. GP)
Penjelasan di atas sesuai dengan pendekatan dalam pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, dimana pendekatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Pengajaran klasikal diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus yang memiliki tingkat akademis dalam satu kelas sehingga kegiatan dan materinya bisa sama dalam satu kelas.
b. Pengajaran kelompok adalah pengajaran yang diberikan kepada sekelompok siswa atau Anak Berkebutuhan Khusus yang kesamaan ketunaan, karena tingkat dan derajat kelainannya berbeda dengan ketunaan lain.
Modifikasi  pengajaran seperti dimaksudkan guru diatas sesuai dengan penyesuaian dan modifikasi pengajaran penjasorkes bagi Anak Berkebutuhan Khusus dapat terjadi pada:
- Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani.
- Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
- Modifikasi teknik mengajarnya.
- Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.
Mengacu pada pendapat dan penjelasan tersebut diatas,  maka dapat dikatakan bahwa seorang Anak Berkebutuhan Khusus kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. 
Anak Berkebutuhan Khusus yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan area bermainnya, anak berkebutuhan khusus yang lainnya mungkin membutuhkan alat dan aturan mainnya. Demikian seterusnya, tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan, karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis Anak Berkebutuhan Khusus termasuk didalamnya anak atau siswa yang mengalami gangguan dalam dirinya sendiri.
Anak merupakan bagian terpenting dari seluruh proses pertumbuhan manusia, karena pada masa anak-anaklah sesungguhnya karakter dasar seorang terbentuk. Manusia tanpa pendidikan adalah manusia yang kurang memiliki hakekat pada dirinya. Mengapa?, karena tanpa pendidikan manusia tidak memperoleh bekal untuk hidup (hidup yang lebih baik).
Pendidikan Luar Biasa sengaja dikhususkan bagi anak yang berkelainan atau Anak Berkebutuhan Khusus. Metode yang digunakan tidak jauh dari berbeda dengan pendidikan formal lainnya, di mana anak didik diajari pengetahuan-pengetahuan umum, tetapi khususnya pada pendidikan luar biasa, dimana siswa/i diajar atau dididik mengetahui dan menguasai keterampilan tertentu. 
Hal tersebut diatas sesuai hasil wawancara penulis dengan Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Negeri SoE yang mengatakan bahwa:
Metode yang dipakai Sekolah Luar Biasa Negeri SoE tidak jauh berbeda dengan pendidikan formal, hanya dalam pendidikan luar biasa memiliki kekhususan, dimana siswa diajarkan mengenai berbagai keterampilan; bermain musik, melukis, menyanyi dan lain-lain. (W.5.GP)
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa umunya dan Sekolah Luar Biasa Negeri SoE tidak jauh berbeda dengan metode yang dipakai pada sekolah formal lainnya, hanya selain pengetahuan umum seperti yang diperoleh siswa pada sekolah formal lainnya, khusus bagi siswa berkebutuhan khusus yang lebih cenderung memiliki kekhususan yakni siswa/i diajar atau dibimbing untuk mengetahui dan menguasai keterampilan tertentu, misalnya; menari, menjahit, menyanyi,  melukis dan bermain musik dan lain-lain.
Dalam kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan pada umumnya dan proses pembelajaran penjasorkes pada khususnya sering ditemukan berbagai permasalahan, diantaranya minimnya sarana prasarana. 
Hal ini yang dikemukakan oleh bapak Akrys Nabunome,S.Pd selaku guu penjasorkes Sekolah Luar Biasa Negeri SoE bahwa:
Masalah yang sering ditemukan adalah minimnya ketersediaan sarana dan prasarana olahraga sebagai media penunjang lancarnya proses pembelajaran. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tidak optimal dan maksimalnya proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan disekolah. (W.6.GP) 
Mengacu pada pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam melakukan tugas pengajaran guru penjasorkes sering menghadapi masalah atau kendala dalam proses pembelajaran, seperti minimnya sarana prasarana sebagai penunjang lancarnya proses pembelajaran. Dengan kondisi demikian, guru tetap dituntut untuk menjalankan tugas dan fungsi pengajarannya dengan berusaha memodifikasi alat, area dan aturan main sehingga pembelajaran tetap belangsung. 
Dalam setiap instansi tentunya memiliki pemimpin, tugas dari pemimpin adalah melakukan fungsi kontrol dan tugas pengawasan.
Demikian halnya pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE memiliki pemimpin yakni Kepala Sekolah. Kaitannya sebagai sebuah pemimpin sebuah instansi atau organisasi, kepala sekolah tentunya akan menjalankan fungsi kontrol dan pengawasan dan bahkan evaluasi terhadap kinerjanya pada organisasi tersebut. 
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Negeri SoE yang menyatakan bahwa:
Ia memotifasi dan mengontrol langsung baik yang berupa teori maupun praktek dan menekankan kepada guru penjasorkes agar selalu memberikan tugas kepada siswa/i Berkebutuhan Khusus. (W.1.KS)
Penggunaan metode pembelajaran turut mempengaruhi tercapai atau tidak tercapainya tujuan pembelajaran khususnya pembelajaran pendidikan jasmani adaptif bagi siswa Berkebutuhan Khusus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Negeri SoE; Ibu Martha Balle, S.Pd meresponi pertanyaan peneliti, yang mengatakan bahwa:
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat atau sesuai akan sangat mempengaruhi lancarnya poses pembelajaran dan tercapainya tujuan dari pembelajaran itu sendiri, apalagi di Sekolah Luar Biasa dibutuhkan straregi ekstra dalam menerapkan metode pembelejaran, mengingat terdapat siswa/i Berkebutuhan Khusus. (W.2.KS) 
Pendapat tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pembelajaran yang dipakai guru sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan, khususnya pendidikan jasmani. Guru penjasorkes Sekolah Luar Biasa dituntut untuk berinovasi, berkreasi, serta memodifikasi ataupun mendesai pembelajaran agar mudah dipahami atau dimengerti oleh siswa/i yang memiliki kelainan atau Anak Berkebutuhan Khusus.
Selain metode yang dipakai guru dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi, sanksi maupun penghargaan kepada siswa sangat diperlukan. Pemberian motivasi bertujuan untuk memacu semangat belajar dan pentingnya ilmu pengetahuan, pemberian sanksi bertujuan untuk mendidik siswa jika melanggar norma, kaidah yang ditetapkan. Sedangkan pemberiam penghargaan juga merupakan hal positif bagi siswa karena menghargai usaha, prestasi, dan capaian yang mereka raih adalah mutlak demi tumbuhnya rasa percaya diri.
Hal tersebut di atas juga dinyatakan oleh Ibu Martha Balle,S.Pd selaku Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Negeri SoE dalam melakukan pengawasan atau pengontrolan terhadap guru penjasorkes dalam hal pelaksanaan pembelajaran penjas bagi Anak Berkebutuhan Khusus, yang menyatakan bahwa:
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, kegiatan belajar mengajar (KBM) harus dimulai dari bidang yang mudah ke bidang yang sukar dan juga hal-hal yang kongkrit atau dominan. Dan dalam proses pembelajaran guru sering memberikan morivasi atau penghargaan (memuji kepintaran siswa berupa kata-kata penguatan), sedangkan sanksi (berupa tugas, teguran yang bertujuan agar siswa berubah dan tidak mengalami kesalahan yang sama) diberikan terhadap siswa jika melanggar tata tertib, norma dan etika dalam proses pembelajaran. (W.3.KS)
Pendapat tesebut di atas, dapat dianalisis bahwa pemberian motivasi pemberian penghargaan merupakan sebuah keharusan bagi guru dan mutlak dilakukan pada setiap proses pembelajaran. Sedangkan pemberian sanksi juga penting manakala siswa melanggar kaidah dan ketentuan yang berlaku disekolah demi keharmonisan, ketentraman, dan demi situasi dan kondisi belajar yang kondusif.  Proses pembelajaran penjasorkes tentunya lebih rumit dari mata pelajaran yang lain, hal ini dilihat dari penggabungan antara teori dan praktek. Pembelajaran secara teori maupun praktek dibutuhkan metode dan pengelolaan secara efektif dan efisien dari guru mata pelajaran yang bersangkutan, khususnya pembelajaran penjas adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus, diperlukan figur seorang pengajar atau guru dengan metode mengajar yang benar-benar tepat agar siswa Berkebutuhan Khusus dapat mengikuti pembelajaran yang menyenangkan, tanpa merasa bahwa mereka memiliki kekurangan.
Penjelasan di atas sesuai dengan respon Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Negeri SoE dalam melakukan kontrol atau tugas pengawasan kepada guru penjasorkes dalam proses pembelajaran, yaitu:
Dalam melakukan proses pembelajaran penjas khususnya pembelajaran praktek, guru pendidikan jasmani selalu mendesai pembelajaran praktek dengan baik, dimana guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa bergerak sesuai yang diperintahkan dan memberikan contoh, mengawasi dan mengontrol yang bertujuan agar sesuai dengan substansi pembelajaran yang berlangsung.(W.4. KS)
Mata pelajaran pendidikan jasmani dewasa ini dikenal atau lebih cenderung pada pembelajaran praktek karena pengertian pendidikan jasmani adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif, efektif dan psikomotor yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan jasmani yang diikutinya.
Tujuan  pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kesegaran dan kesehatan jasmani siswa melalui media permainan cabang olahraga yang tentunya telah ditetapkan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pendidikan jasmani juga merupakan bagian yang terpadu dari proses pendidikan yang menyeluruh, bidang dan sasaran yang diusahakan adalah perkembangan jasmaniah, mental, emosional, dan social bagi warga negara yang sehat, melalui medium kegiatan jasmaniah. Pengertian dan tujuan pendidikan jasmani diatas diperkuat oleh pendapatnya Adang Suherman, (2002:17-20) dalam mengklasifikasi pendidikan jasmani secara umum ke dalam empat kategori yaitu:
1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang.
2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah dan sempurna.
3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan perkembangannya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.
4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungna  dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat. Sebagai salah satu komponen pendidikan wajib diajarkan disekolah, pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan manusia seutuhnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka disusunlah suatu kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dalam berolahraga yaitu bagaimana mengaktifkan siswa dalam pelajaran pendidikan jasmani guna membentuk pribadi yang sehat, kuat dan terampil, kreatif dan inonatif.
Sehubungan dengan  pendapat tersebut di atas, maka peneliti dapat berkesimpulan bahwa pendidikan jasmani merupakan media yang dipakai untuk membentuk karakter siswa yang berjiwa demokratis, cerdas, kreatif, mandiri, inovatif dan bermoral.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani bersama sebagai media belajar untuk pemenuhan kebutuhan jasmani peserta didik, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), dimana tercapainya kesegaran dan kesehatan jasmani siswa adalah sasaran dan atau tujuan dari pendidikan jasmani dan penjas adaptif itu sendiri. Dalam setiap proses pembelajaran penjasorkes adaptif, pentingnya penyadaran dari guru kepada siswa akan pentingnya kesegaran dan kesehatan jasmani. Hal ini juga diperkuat dengan pendapatnya Rusli Lutan, dkk, (2002:16) yang mengatakan bahwa:
Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani sebagai alat atau media untuk mencapai tujuan pendidikan. Yakni tujuan yang ingin diharapkan bersifat meliputi aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral.
Sehubungan dengan hal tersebut, guru penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE dalam melakukan tugas pengajaran sering dan selalu menekankan pentingnya pemeliharaan kesegaran dan kesehatan jasmani bagi siswa demi tercapainya tujuan pendidikan yakni fisik, mental, intelektual, emosional, sosial dan moral serta pembinaan kesegaran dan kesehatan jasmani.
Dalam melakukan pengajaran saya sering dan selalu menekankan secara khusus bagi siswa/i Berkebutuhan Khusus untuk menjaga dan memelihara kesegaran dan kesehatan jasmani karena dengan memelihara kesegaran dan kesehatan jasmani siswa akan lebih mudah menyelesaikan tugas dan memotivasi mereka bahwa kalian memiliki potensi yang bisa dikembangkan, karena itu jangan berpasrah dari pada keadaan, namun harus selalu besikap optimis karena itulah kunci kesuksesan. (W.7. GP)
Dalam pendapat tersebut di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam setiap proses pembelajaran pendidikan jasmani guru wajib member pemahaman dan pencernaan serta menekankan kepada siswa/i tentang pentingnya pemeliharaan kesegaran dan kesehatan jasmani. Bukan hanya merupakan tugas pengajar atau guru, namun juga merupakan tanggungjawab pada supervisor dan atau kepala sekolah untuk selalu memberi masukan positif kepada guru tentang apa yang seharusnya guru lakukan dalam memotivasi dan mendidik siswanya, apalagi bagi Anak Berkebutuhan Khusus harus mendapat perhatian ekstra dan dibutuhkan kemampuan diri guru untuk membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan, karena dengan demikian siswa/i yang memiliki kelainan fisik maupun mental merasa mendapatkan semangat hidup dan nilai positif dari proses pembelajaran yang diikuti.
Berbagai kendala, permasalahan dan kekurangan yang dimiliki oleh guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran penjasorkes yang telah dipaparkan sebelumnya, masih terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi tidak berkembang atau belum berhasilnya sebuah proses pembelajaran khususnya pembelajaran penjasorkes di sekolah, yaitu tahapan evaluasi. Lasimnya kegiatan evaluasi ini berlangsung pada akhir dari setiap proses pembelajaran. Evaluasi sangat mendesak dilakukan, karena dengan adanya evaluasi, guru dapat mengidentifikasi keberhasilan atau kecapain hasil belajar siswa, untuk dapat mengetahui pada aspek-aspek atau bagian-bagian apa saja yang belum dipahami, belum dimengerti oleh siswa.
Evaluasi pembelajaran khususnya evaluasi pembelajaran penjasorkes disekolah tidak saja untuk mengidentifikasi kecapaian maupun kekuangan siswa, namun motivasi ini juga dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru dalam melakukan pengajaran, 
serta mengidentifikasi kekurangan-kekurangan, masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam melangsungkan proses proses pembelajaran, sehingga hal-hal yang telah diidentifikasi harus disiasati dengan baik. Masalah, kendala dan kelemahan, baik itu dari guru maupun siswa/i Berkebutuhan Khusus harus ditemukan solusi atau metode pemecahan dengan baik. Sedangkan capaian-capaian keberhasilan siswa/i dan guru penting untuk dipertahankan serta adanya upaya peningkatan yang jauh lebih memuaskan sesuai dengan tujuan pendidikan khususnya tujuan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Evaluasi yang dimaksudkan ini adalah evaluasi dapat dilakukan oleh guru (mengevaluasi diri dan mengevaluasi hasil belajar siswa/i Berkebutuhan Khusus), Kepala Sekolah dan supervisor intern sekolah (mengevaluasi kinerja guru mata pelajaran), juga turut berperan aktif dan merupakan tugas utama yang harus dijalankannya, yakni mengevaluasi guru mata pelajaran penjasorkes demi peningkatan dan pencapaian tujuan penjas adaptif bagi subjek didik. 
Dalam wawancara penulis dengan ibu Martha Balle, S.Pd, selaku Kepala Sekolah selaku pimpinan pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE dalam menjalankan fungsi kontrol dan sesuai pengamatan  sebagai Kepala Sekolah  apakah guru penjasorkes selalu melakukan evaluasi pada setiap akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat kegagalan dan tingkat keberhasilan siswa, ia mengatakan bahwa:
Pada setiap akhir pembelajaran penjasorkes, guru selalu melakukan evaluasi atas proses pembelajaran yang telah berlangsung untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami konten dari materi yang disampaikan, apa saja yang belum dipahami dan belum dimengerti oleh siswa, apakah ketidakpahaman itu disebabkan oleh apa dan siapa, kemudian dicarikan solusi pemecahannya. (W.4 KS)
Mengacu pada pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kepala Sekolah dalam pengamatannya, selalu melihat bahwa guru penjasorkes pada akhir pada setiap proses pembelajaran entah itu dalam bentuk teori maupun praktek selalu mengevaluasi hasil pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan siswa, kelemahan sebagai pendidik dalam menerapkan metode pembelajaran dan untuk mengetahui sejauh mana siswa/i memahami dan mengerti akan materi yang diberikan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Menurut hasil analisis datayang ditemukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Proses pembelajaran penjasorkes bagi siswa Berkebutuhan Khusus pada SLB Negeri SoE masih terdapat kekurangan dan perrnasalahan yang dihadapi seperti minimnya sarana olahraga, penempatan tenaga pengajar atau guru yang non-basic penjasorkes turut mempengaruhi belum lancar dan tidak tercapainya tujuan dari penjasorkes adaptif bagi ABK.
Guru penjasorkes dituntut dalam pengajarannya untuk mampu menyesuaikan dan memodifikasi area bermain, memodifikasi alat dan aturan main dalam pengajarannya bagi siswa/i atau ABK, tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan, karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK termasuk didalamnya anak atau siswa yang mengalami kelainan atau keterbatasan.
B. Saran
Dengan memperhatikan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa hal penting yang disarankan, sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi pihak sekolah agar memperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana olahraga sebagai media yang turut menunjang lancarnya proses pembelajaran penjasorkes bagi siswa/i Berkebutuhan Khusus pada SLB Negeri SoE.
2. Diharapkan guru mampu menyesuaikan dan memodifikasi area bermain, memodifikasi alat dan aturan main dalam pengajaran bagi siswa/i atau Anak Berkebutuhan Khusus, tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan, karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis Anak Berkebutuhan Khusus termasuk didalamnya anak atau siswa yang mengalami keterbatasan.
3. Diharapkan bagi pemimpin sekolah untuk mengusulkan penempatan tenaga pengajar atau guru yang memiliki basic (spesifikasi) ilmu tentang penjasorkes adaptif agar mampu mengelola pembelajaran demi pencapaian tujuan penjasorkes adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasas NegeriSoE.  
DAFTAR PUSTAKA
Arma Abdullah dan Agus Manadji, 1996. Pendidikan Jasmani Adaptif, Dirjen Dikti.Depdikbud. Jakarta.
Arma Abdullah, M.Sc. Dalam Salmon Runesi, 2011. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif. Bahan ajar.Universitas PGRI NTTT. 2011/2012
Arikunto, 1985. Pengertian Wawancara. Penerbit: Alfabeta Bandung 2010.
Bruce Joiche dan Marsha weil, 1972. Model Mengajar. Penerbit:Alfabeta Bandung 2012
Djaja Raharja, 2003. Anak Berkebutuhan Khusus. Depdiknas, Dirjen. pendidikan dasar dan menengah; Direktorat.PLB. Jakarta.
Ellias M. Awad, 1979  Pengetian Model. Penerbit: Alfabeta Bandung. 2012.
Engkoswara  dan  Rustiyah, 1984.  Pola Dasar Mengajar. Penerbit: Alfabeta Bandung 2012
Mardalis 2008. Metode Penelitian Suatu  Pendekatan Proposal. PT.Bumi Aksara.Jakarta.
Rusli Lutan, dkk. 2002. Supervise Pendidikan Jasmani, Konsep dan Praktek.
Direktorat Jenderal Olahraga. Jakarta.
Soenardi, 1999. Kriteria Keabsahan Data Kualitatif. http:Wikipedia.com
Sukardi, 2003. Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Wirjasanto, 1984. Sarana Prasarana Olahraga. Jakarta, Direktorat Pendidikan Luar Biasa