BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada dasarnya manusia diciptakan tidak ada yang sama dengan manusia yang lainnya. Tidak ada seorang manusia yang tidak memiliki kekurangan dan tidak ada manusia yang ingin dilahirkan ke dunia dengan menyandang kelainan atau memiliki kecacatan. Dengan demikian juga tidak ada seorang ibu yang menghendaki kelahiran anaknya menyandang kecacatan. Maka sejak kelahirannya ke dunia, anak cacat atau dikenal dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya. Konsekuensi logis bila Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) akan menghadapi banyak tantangan dari lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan.
Kelahiran seorang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tidak mengenal apakah mereka dari keluarga kaya, keluarga berpendidikan, keluarga miskin, dan keluarga yang beragama atau tidak. Seorang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dilahirkan pada satu keluarga bukan berarti keluarga tersebut mendapat kutukan, tetapi dilahirkan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada satu keluarga karena Tuhan menguji atau memberi kesempatan pada keluarga tersebut untuk berbuat yang terbaik pada anaknya.
Sebagai manusia, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakat dan bangsa. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki hak untuk berpendidikan seperti anak yang tidak memiliki kelainan atau anak yang normal.
Tidak ada satu alasan bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) dan sekolah umum yang tidak menerima atau melarang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk masuk di sekolah tersebut. Bersama Guru Pembimbing Khusus yang memiliki pengetahuan dan keterampilan Pendidikan Luar Biasa (PLB) bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Apakah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) membutuhkan kelas khusus, program khusus dan layanan khusus tergantung dari tingkat kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Seolah-olah Pendidikan Luar Biasa hanya ada di Sekolah Luar Biasa sehingga sering orang menemukan anak menyandang cacat atau Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa. Hal ini tidak benar, sebab Sekolah Luar Biasa bukan habitatnya. Habitat Anak Berkebutuhan Khusus sama dengan habitat anak pada umumnya yang normal. Anak Berkebutuhan Khusus berada di Sekolah Luar Biasa apabila di sekolah biasa sudah tidak dapat menangani pendidikannya, atau memang kehendak dan hak anak itu sendiri. Pandangan lain yang salah dari sebagian besar orang umum yaitu seolah-olah Pendidikan Luar Biasa hanya bisa diberikan di Sekolah Luar Biasa atau seolah-olah Pendidikan Luar Biasa itu identik dengan Sekolah Luar Biasa.
Hal tersebut tidak benar karena pelayanan Pendidikan Luar Biasa bisa diberikan di sekolah biasa dengan pembelajaran yang diadaptifkan pada anak berdasarkan kelainan dan karakteristiknya pada guru biasa. Karena itu pembelajaran adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus perlu juga bagi guru biasa sehingga Anak Luar Biasa (ALB) mendapat pelayanan Pendidikan Luar Biasa di sekolah.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan Luar Biasa (PLB).
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sistematis melalui kegiatan- kegiatan dalam rangka pertumbuhan dengan kecerdasan serta watak.
Pembelajaran Penjas Adaptif dirancang khusus bagi para siswa Pendidikan Luar Biasa (PLB) dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan bagi mereka. Beberapa faktor yang menuntut tercapainya penyelenggaraan pembelajaran penjas adaptif yaitu:
1. Pembelajaran Penjas Adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa dengan tujuan, program ini akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
2. Kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh merupakan faktor lain yang menjadi perhatian para pendidik karena dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang dapat memperburuk keadaannya.
3. Pembelajaran Penjas Adaptif harus mengacu pada program jasmani yang progresif untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu Anak Berkebutuhan Khusus.
Apabila ketiga faktor tersebut di atas diabaikan mustahil pendidikan jasmani adaptif dapat mempengaruhi dan bahkan dapat menghambat siswa berperilaku sebagai objek bukan sebagai subjek namun sebaliknya, apabila ketiga faktor tersebut di atas diperhatikan maka Pendidikan Jasmani Adaptif akan dengan mudah membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan dapat mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri dan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
Model pembelajaran penjas adaptif adalah perencanaan yang digunakan merancang dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani.
Macam model pembelajaran yaitu:
1. Ceramah; merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang guru kepada sejumlah Anak Berkebutuhan Khusus.
2. Praktik dan latihan; merupakan suatu teknik untuk membantu Anak Berkebutuhan Khusus agar dapat menghitung dengan cepat yaitu dengan banyak latihan dan mengerjakan soal.
3. Demonstrasi; merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah, tetapi frekuensi pembicara lebih sedikit dari pendengar.
Mengenai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani sangat bermanfaat bagi pertumbuhan seseorang baik pertumbuhan fisik, emosional maupun kecerdasan intelektual serta spiritual, maka untuk mencapai hal tersebut tidak terlepas dari peranan pemerintah dan tenaga pendidik untuk merancang kurikulum atau pembelajaran yang sesuai dengan latar belakang anak baik dari segi fisik maupun mental.
Berdasarkan gambaran di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) PADA SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI SOE ”
B. Identifikasi masalah
Mencermati latar belakng di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Peranan sekolah terhadap model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
2. Model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang diterapkan bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE.
C. Batasan masalah
Mengingat luasnya masalah dalam penelitian ini dan demi efisiensi waktu penelitian, maka penulis membatasi permasalahan dan hanya akan memfokuskan pada: Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
D. Rumusan masalah
Mencermati identifikasi masalah di atas maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian yaitu: Bagaimana pembelajaran penjasorkes bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE?
E. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi para Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) tingkat dasar, instansi, organisasi masyarakat yang terkait dalam upaya pemberdayaan individu penyandang cacat agar mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas dirinya sebagaimana yang kita harapkan bersama dalam model pembelajaran.
b. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam proses pembelajaran Penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri SoE.
- Untuk mengtahui Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
- Sebagai sumbangan ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.
- Sebagai bahan acuan atau landasan dalam peningkatan pengembangan latihan untuk memperoleh data-data serta model pembelajaran yang cocok bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
b. Kegunaan Praktis
- Sebagai informasi untuk Universitas PGRI khususnya bagi FKIP Olahraga dalam pengembangan ilmu pendidikan jasmani.
- Sebagai masukan bagi pemerintah kabupaten TTS supaya melihat olahraga di SLB maupun di Panti Asuhan.
1. Definisi operasional konsep
1. Model
Ellias M. Awad (1979) mengemukakan bahwa: Model sebagai suatu presentasi dari suatu kenyataan sistem yang direncanakan.
2. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui tahap perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi.
3. Model pembelajaran
Model Pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang. Isi yang terkandung didalam model pembelajaran adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan istruksional.
4. Pendidikan Jasmani Adaptif
Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendlidkian secara keseluruhan, bertujuaan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani ketrampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.
5. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memiliki keterbatasan khusus sedemikian rupa baik fisik, mental maupun sosial sehingga ia memerlukan Pendidikan Luar Biasa (PLB). Pendidikan Luar Biasa (PLB) merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani Adaptif
1. Pengertian pendidikan jasmani adaptif.
Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan.
Pendidikan jasmani adaptif adalah suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor, afektif dan kognitif.
Menurut Arma Abdullah, (1996:2) mengatakan bahwa: Pendidikan jasmani adaptif merupakan salah satu alternatif untuk membantu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mengoptimalkan kemampuannya di dalam gerak.
Dalam pendidikan jasmani adaptif Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) hanya belajar keterampilan motorik, lebih dari itu mereka belajar pengetahuan tentang berbagai macam aktivitas yang dapat memberikan kepuasan, mengembangkan sikap dan apresiasi terhadap berbagai aktivitas yang mereka ikuti, mereka juga belajar bagaimana memanfaatkan waktu luang sebagai bentuk rekreasi yang dapat memberikan kesenangan baik secara fisiologis, psikologis dan sosialnya.
Menurut Arma Abdullah dan Agus Manadji (1996:3) mengatakan bahwa: Pendidikan jasmani adaptif adalah pendidikan melalui program pendidikan jasmani yang dimodifikasi untuk memungkinkan individu dengan kelainan memperoleh
kesempatan. Dalam pendidikan jasmani adaptif juga perlu dikembangkan strategi pembelajaran dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa.
2. Ciri dari program pengajaran pendidikan jasmani adaptif.
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani khusus adalah satu bagian khusus dalam pendidikan jasmani yang dikembangkan untuk menyediakan program bagi individu dengan kebutuhan khusus.
Ciri program utama dalam pengembangan yaitu:
a. Program Pengajaran Pendidikan Jasmani Adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Program ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya: bagi siswa yang memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkursi roda dimodifikasi.
Oleh karena itu, pendidikan jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
b. Program Pengajaran Pendidikan Jasmani Adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa.
Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaannya.
c. Program Pengajaran Pendidikan Jasmani Adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu Anak Berkebutuhan Khusus.
Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya.
Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas, maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri.
3. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif.
Sebagaimana dijelaskan di atas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. Dalam Salmon Runesi dengan buku yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus sebagai berikut:
a. Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
b. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
c. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
d. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
e. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
f. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
B. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan demikian pembelajaran adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus hakekatnya Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab dalam pembelajara adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya.
Program adalah fase (tahap) pendidikan jasmani yang sesuai dengan kebutuhan perorangan karena ketidakmampuan fisik dan ketidakmampuan untuk meningkatkan melalui aktivitas fisik.
Secara temporer atau permanen tidak mampu mengambil dalam program pendidikan jasmani regular atau program-program khusus dibuat bagi siswa yang berhambatan dalam kelas-kelas pendidikan jasmani regular. Program pembelajaran adaptif berarti suatu bagian signifikan dari suatu populasi sekolah yang tidak termasuk dalam kelompok “rata-rata” atau “normal” untuk usia dan kelas pada umumnya.
Pendidikan jasmani adaptif dapat berguna bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yaitu:
1. Dapat membantu mengenal kelainannya dan mengarahkan pada individu- individu atau lembaga-lembaga yang terkait.
2. Dapat memberi kebahagiaan bagi anak dengan kebutuhan khusus, memberi pengalaman bermain yang menyenangkan.
3. Dapat membantu siswa mencapai kemampuan dan latihan fisik sesuai dengan keterbatasannya.
4. Dapat memberi banyak kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang sesuai dengan anak-anak yang memiliki kelainan untuk meraih kesuksesan.
5. Pendidikan jasmani dapat berperan bagi kehidupan yang produktif bagi anak dengan kebutuhan khusus dengan mengembangkan kualitas fisik yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan sehari-hari.
Menurut Arma Abdullah, M.Sc menyatakan bahwa tujuan-tujuan program pendidikan jasmani adaptif adalah sebagai berikut:
a. Membantu siswa mengoreksi kondisi-kondisi yang tidak mampu diperbaiki.
b. Membantu siswa cedera dan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari partisipasi dalam aktivitas pendidikan jasmani.
c. Memberi kesempatan bagi siswa untuk mempelajari beragam aktivitas rekreasional yang sesuai.
d. Membantu siswa membangun kekuatan organis yang optimal dan kondisi fisik yang optimal sesuai dengan sumber daya fisik mereka.
e. Membantu siswa memahami dan menghargai keterbatasan fisik dan mental mereka.
f. Membantu siswa membangun kesan diri yang berharga.
g. Membantu siswa memahami, menghargai, dan membangun mekanika tubuh yang baik.
h. Membantu siswa memahami dan menghargai olahraga yang nanti mereka menjadi penonton.
C. Hakekat Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Apabila kita berbicara mengenai Pendidikan Luar Biasa (PLB) dalam bahasa Inggris disebut “Special Education” maka tidak bisa lepas dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau exceptional children. Anak Berkebutuhan Khusus juga dikenal dengan anak cacat, anak berkelainan, dan anak tuna yang dalam pembelajarannya menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Dalam Anak Berkebutuhan Khusus juga memiliki penggunaan kosekuensi yang berbeda. Istilah yang tepat adalah dari mana kita memandangnya. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Impairment, Disability dan Handicap.
1. Impairment; hubungan dengan penyakit dan jaringan.
2. Disability; berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu.
3. Handicap; berhubungan dengan kelainan dan ketidakmampuan yang dimiliki seseorang apabila berinteraksi dengan lingkungannya.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian rupa sehingga untuk mengembangkan secara maksimum kemampuannya (capacity) membutuhkan Pendidikan Luar Biasa atau layanan yang berhubungan dengan Pendidikan Luar Biasa.
Menurut Djaja Raharja, (2003:1) mengatakan bahwa: Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial, maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan Luar Biasa (PLB).
Dengan hak asasi sebagai anak ia harus tumbuh dan berkembang di tengah lingkungan keluarga, maka Pendidikan Luar Biasa dalam bentuk kelas khusus yang berlokasi pada Sekolah Luar Biasa harus dirancang sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan lingkungan Anak Berkebutuhan Khusus.
Dengan sikap ini maka timbullah Hak Asasi Manusia (HAM) penyandang cacat yang meliputi:
a. Hak untuk mendidik dirinya (The Right to Educater Oneself).
b. Hak untuk pekerjaan dan profesi (The Right to Occupaation or Profession).
c. Hak untuk memelihara kesehatan dan fisik secara baik (The Right to Maintain Healt and Physicial Well Being).
d. Hak untuk hidup mandiri (The Right to Independent Living).
e. Hak untuk kasih sayang (Right to Love).
Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan biasa yang dirancang, diadaptifkan sesuai dengan karakteristik masing-masing kelainan anak sehingga memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Menurut Djaja Raharja. (2003:2) mengatakan bahwa: Pendidikan Luar Biasa (PLB) merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Adapun yang dirancang dalam Pendidikan Luar Biasa (PLB) adalah kelas,program dan layanannya. Sehingga Pendidikan Luar Biasa dapat diartikan juga sebagai spesial kelas, program atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa.
D. Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif
Model pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif merupakan perencanaan yang digunakan untuk merancang suatu sistem pendidikan secara keseluruhan.
Dan juga bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.
Model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif digunakan untuk mengefisienkan materi pengajaran agar sesuai dengan kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Menurut Bruce Joice dan Marsha Weil, (1972) mengatakan bahwa model mengajar adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan membuat petunjuk kepada pengajar di kelas atau lapangan dalam seting pengajaran atau seting lainnya.
Model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media berupa buku, kamera, serta alat-alat teknologi lainnya.
Adapun beberapa macam model pembelajaran yaitu:
1. Ceramah; merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang guru kepada sejumlah Anak Berkebutuhan Khusus.
2. Praktik dan latihan; merupakan suatu teknik untuk membantu Anak Berkebutuhan Khusus agar dapat menghitung dengan cepat yaitu dengan banyak latihan dan mengerjakan soal.
3. Demonstrasi; merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah, tetapi frekuensi pembicara lebih sedikit dari pendengar.
Model pembelajaran pendidikan jasmani telah dikembangkan untuk membantu guru demi memperbaiki kapasitasnya agar mampu menjangkau lebih banyak strategi mengajar yang efektif terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dalam dunia pengajaran, model pembelajaran identik dengan pola dasar mengajar, sistem dan prosedur.
Menurut Engkoswara dan Rustiyah, (1984) mengatakan bahwa pola dasar mengajar yaitu: suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang bertautan satu sama lain untuk mencapai tujuan pengajaran.
E. Sarana Dan Prasarana Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
1. Pengertian sarana pendidikan jasmani
Istilah sarana mengandung arti sebagai sesuatu yang dapat digunakan atau dapat dimanfaatkan.
Sarana pendidikan jasmani adalah segala sesuatu yang dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Menurut Wirjasanto, (1984:154) Sarana prasarana olah raga adalah suatu bentuk permanen, baik itu di luar ruangan maupun di dalam. Contoh: Cymnasium, lapangan permainan, kolam renang, dsb.
Sarana juga dapat dibagi dalam dua macam yaitu:
a. Peralatan (apparatus), yaitu segala yang dapat digunakan dan dimanfaatkan siswa untuk melakukan kegiatan diatasnya, di dalam, diantaranya atau dibawahnya. Contoh: peti lompat (bertumpu diatasnya), bangku Swedia (untuk merangkak, melompat dsb), gelang-gelang, tiang dan matras lompat tinggi dan sebagainya.
b. Perlengkapan (device), yaitu segala sesuatu yang melengkapi prasarana. Contoh: tanda bendera, garis pembatas atau segala sesuatu yang dapat di manipulasi dengan tangan atau kaki misalnya raket, bola, pemukul dan sebagainya.
- Pengembangan sarana pendidikan jasmani.
Salah satu kendala kurang lancarnya pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah termasuk didalamnya Sekolah Luar Biasa, adalah kurang memadainya sarana yang dimiliki oleh sekolah-sekolah tesebut.
Disamping itu ketergantungan para guru penjas pada sarana yang standart serta pendekatan pembelajaran pada penyajian teknik-teknik dasar yang juga standart sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan.
Pada tingkat Sekolah Luar Biasa, pemberian berbagai gerak dasar umum maupun gerak dasar dominan harus banyak dilakukan sehingga siswa mempunyai banyak pengalaman gerak dan bisa membina serta menumbuhkan konsep-konsep gerak yang variatif.
Pengembangan sarana pendidikan jasmani artinya melengkapi yang sudah ada dengan jalan mengadakan, memperbanyak dan membuat alat-alat yang sederhana atau dimodifikasi. Tujuannya adalah tetap untuk memberdayakan anak agar bisa lebih banyak bergerak dalam situasi yang menarik dengan gembira tanpa kehilangan esensi penjas itu sendiri.
- Prasarana pendidikan jasmani.
Prasarana pendidikan jasmani adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan pendidikan jasmani yang bersifat relatif permanen atau susah dipindah-pindahkan.
Secara garis besar prasarana atau fasilitas pendidikan jasmani terdiri dari dua macam, yaitu: prasarana pendidikan jasmani di dalam ruangan (indoor facilities) dan prasarana pendidikan jasmani di luar ruangan (outdoor facilities).
Prasarana dalam ruangan meliputi ruang serbaguna atau hal untuk kegiatan senam, bulutangkis, tenis meja, basket, voli, olahraga bela diri, ruang ganti pakaian dengan tempat pakaiannya, ruang mandi dan lain-lain. Ruangan tersebut akan lebih baik dan luas dan pada bagian dinding dipasang cermin yang cukup besar. Prasarana luar ruangan banyak ragam dan kegunaannya yaitu mulai dari lapangan olahraga yang tersedia sampai lahan lain yang bisa dimanfaatkan seperti: halaman, taman, lorong-lorong, kebun, dan bukit yang ada di sekitar sekolah.
Dari pengertian di atas, maka Prasarana penjas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah atau memperlancar kegiatan pendidikan jasmani yang meliputi fasilitas di dalam ruangan (indoor facilities), dan yang berada di luar ruangan (outdoor facilities).
F. Lembaga Pendidikan Sekolah Luar Biasa
a. Lembaga Pemerintah
Departemen pendidikan Nasional umumnya mendirikan Sekolah Luar Biasa Negeri dan sekolah insklusif, ini biasanya seutuhnya milik pemerintah. Mulai dari kepemilikan gedung, sarana dan prasarana, tenaga pendidik, serta sampai kepemilikan asrama semuanya dibiayai oleh pemerintah.
Departemen kehakiman dan Departemen Sosial dalam pananganan Anak Berkebutuhan Khusus, yang pada dasarnya mereka menyelenggarakan pendidikan di bawah naungan suatu departemen pemerintah. Dewasa ini di tengah dikembangkan Pendidikan Inklusi. Pengembangan Pendidikan Insklusif ini tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia terutama negara-negara Eropa Barat.
Dalam pendidikan inklusi anak-anak berkebutuhan khusus di integrasikan ke sekolah-sekolah umum dengan menggunakan seoptimal mungkin seluruh fasilitas yang ada serta dukungan lingkungan sekolah. Pelaksanaan Pendidikan Inklusi ini dilandasi keyakinan bahwa semua orang adalah bagian yang berharga dalam kebersamaan masyarakat, apapun perbedaan mereka.
Dalam pendidikan ini berarti semua anak terlepas dari kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, latar belakang budaya atau bahasa, agama atau jender, menyatu dalam komunitas sekolah yang sama. Diharapkan dengan berbagai alternatif jenis pelayanan pendidikan (sekolah) seperti di atas, orang tua dapat memilih Sekolah Luar Biasa yang dirasa paling tepat bagi pendidikan putra putrinya yang berkelainan. Tidak ada alasan untuk tidak menyekolahkan anaknya yang berkelainan, hanya karena tidak ada sekolah bagi mereka.
b. Lembaga Swasta
1. Untuk Sekolah Luar Biasa swasta ada yang sepenuhnya dibiayai oleh swasta di bawah naungan sebuah yayasan yang bergerak dalam pendidikan. Ada juga Sekolah Luar Biasa swasta yang diberi subsidi/bantuan pemerintah. Misalnya subsidi akan sarana dan prasarana seperti bangunan, Alat Tulis Kantor Laboraturium, sampai pada tenaga pendidiknya yang merupakan wujud subsidi dari pemerintah.
2. Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam perlindungan anak di bawah naungan sebuah yayasan dan difokuskan untuk menyelenggarakan rehabilitas dan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus, misalnya semacam klinik penanggulangan Narkoba dan sebagainya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Menurut Cohen dan Nomion, (1982) dalam Sukardi, (2003:193) menyatakan bahwa: penelitian survei sebenarnya masih lebih tepat merupakan salah satu dari jenis penelitian deskriptif.
Metode survei meupakan kegiatan penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu dengan tiga tujuan penting yaitu:
1. Mendeskripsikan keadaan alami yang hidup saat itu.
2. Mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan.
3. Menentukan hubungan sesuatu yang hidup diantara kejadian spesifik.
Mengacu pada pendapat di atas, maka penelitian diartikan sebagai upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan, hati-hati dan sistematis untuk memperoleh atau mewujudkan kebenaran.
Penjelasan di atas sesuai dengan pendapatnya Mardalis, (2008:24) mengatakan bahwa: Penelitian diartikan sebagai upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakat-fakta dan prinsip dengan sabar,hati-hati dan sistematis untuk memperoleh atau mewujudkan kebenaran.
Penelitian deskriptif adalah merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya (Sukardi, 2003:157). Oleh karna itu, yang menjadi tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran nyata.
Metodelogi yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bersifat eksploratif. Ahli yang menemukan tentang penelitian ini adalah (Sukardi, 2003:162), mengatakan bahwa:
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat.
B. Jenis Penelitian
Pokok pembahasan dan tujuan yang telah dibahas dan diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dalam penelitian ini maka penulis menggunakan survei penelitian kualitatif.
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya (Sukardi, 2003:175).
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Yang menjadi tempat dalam penelitian ini adalah pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 sampai 21 Mei 2013 sesuai dengan yang akan di tetapkan peneliti.
D. Peranan Peneliti dan Informan Penelitian
1. Peranan peneliti
Dikancah, peneliti berperan sebagai pengamat yang terlibat (participant observer).
2. Informan penelitian
Dalam penelitian ini tidak terlepas dari informan kunci yang akan di peroleh dari Kepala Sekolah, Guru Penjas dan Siswa SLB Negeri SoE yang mempunyai informasi yang dapat diperlukan, yang tidak terlepas dari peneliti pada tahap persiapan pelaksanaan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode yang dapat memberikan informasi yang meliputi:
1. Observasi
Dalam penelitian ini observasi merupakan suatu cara atau teknik pengumpulan data yang baik dan mendukung untuk mengumpulkan data sesuai dengan masalah pokok.
2. Wawancara
Untuk melengkapi dan memperkuat data yang diperoleh maka perlu adanya wawancara. Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh pewawancara yang diwawancarai (Arikunto, 1985:45).
3. Dokumentasi
Merupakan barang-barang simpanan atau berupa alat-alat rekaman yang digunakan berupa foto, arsip-arsip, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian.
F. Penentuan Sumber data
Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan dua penentuan sumber data yakni:
1. Data primer yaitu: data yang diambil pada saat observasi di tempat penelitian dengan menggunakan instrumen observasi.
Di mana penelitian ini peneliti menggunakan observasi untuk mengamati tentang model pembelajaran penjasorkes bagi anak berkebutuhan khusus pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE.
2. Data sekunder yaitu: data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal penelitian, makalah, brosur dan arsip yang ada relevansinya dengan penelitian.
G. Teknik Keabsahan Data
Peneliti menjaring informasi fenomena dari berbagai sumber dan sudut pandang yang berbeda, sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi (metode informan teori) dengan tujuan untuk meningkatkan data yang valid dan akurat agar dapat dipercaya.
Kriteria keabsahan data kualitatif menurut Soenardi S (1999:153) bahwa:
1. Dapat dipercaya (Dependibillty), artinya data yang diperoleh melalui informasi dalam penelitian benar-benar sesuai.
2. Dapat diandalkan (anabillity), artinya menilai keadaan data yang diperoleh dalam penelitian.
3. Dapat ditransfer (trasnferabillty), artinya data yang ditemukan saat penelitian dapat ditransfer di kancah penelitian lain yang memiliki kesamaan maupun berbagai pihak dengan mendeskripsikan tema dan hasil penelitian yang lengkap.
4. Dapat dicocokkan, artinya menilai kualitas data yang diperoleh maka peneliti mencocokkan dengan data yang sebenarnya dengan melibatkan teman sejawat.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan penelitiaan karena analisis data dapat memberikan arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif kulitatif, deskriptif bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai fenomena-fenomena atau situasi yang faktual pada saat penelitian berlangsung. Jika data yang ada adalah data kualitatif, maka deskripsi data ini dilakukan dengan cara menyusun dan mendeskripsikan data yang ada, sehingga memberikan gambaran yang nyata.
Yang dimaksud dengan mendeskripsikan data adalah upaya menggambarkan data yang ada guna memperoleh bentuk dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti oleh peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. (Sukardi, 2003:86).
I. Instrumen Penelitian
1. Instrumen observasi adalah pengamatan langsung dan penulis lebih banyak menggunakan panca indranya yaitu indra penglihatan.
Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami yakni sarana prasarana:
a. Sarana yaitu: Peti Lompat, Bangku Swedia, Tiang, Matras, Raket, Bola, Bet, Net dan Pemukul.
b. Prasarana yaitu: Lapangan dan Ruangan Serbaguna.
Untuk memaksimalkan hasil instrumen observasi, peneliti menggunakan alat bantu yang sesuai dengan kondisi lapangan berupa: Buku catatan, Kamera, Film projektor dan lain-lain. Peneliti dianjurkan untuk memilih yang tepat dan dapat memaksimalkan pengambilan data di lapangan, (Sukardi, 2003:79).
2. Instrument Wawancara adalah suatu alat atau media penelitian yang dipakai penulis untuk melakukan tanya jawab atau wawancara secara langsung dengan pihak Sekolah Luar Biasa Negeri SoE yang dalam hal ini:
Kepala Sekolah, Guru Penjas sebagai kroscek dari informasi yang didapat saat observasi berlangsung.
Pengertian tersebut di atas, diperkuat oleh pendapatnya (Sukardi, 2003:79) mengatakan bahwa: Teknik wawancara dapat dipergunakan peneliti untuk berhadapan muka secara langsung dengan responden atau subjek yang diteliti dan menanyakan sesuatu yang telah direncanakan kepada responden. Pada teknik wawancara ini dimungkinkan peneliti dengan responden melakukan tanya jawab secara interaktif maupun secara sepihak saja misalnya dari peneliti saja.
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah singkat Sekolah Luar Biasa Negeri Nunumeu SoE
Pada tanggal 02 Mei 1986 dengan SK pendirian Sekolah dari Kanwil Depdiknas/Dinas Pendidikan/Depag: No. 422/193-1/PPO/2012 Tgl/Bln/Thn 24 Januari 2012, adalah bedirinya SLB Negeri SoE di Jalan Kakatua No.52 Kelurahan Nunumeu Kecamatan Kota SoE Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sejak berdirinya sekolah tersebut, memiliki 8 ruangan yaitu 1 ruangan Kepala Sekolah dan Kantor, 1 ruangan Guru, 1 ruangan Perpustakaan, 1 ruangan Tata Usaha, 1 ruangan Aula, 3 ruangan belajar.
Sekolah Luar Biasa Negeri SoE memiliki luas lahan 12.226 meter dan merupakan milik pemerintah. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan pada pagi hari dimulai pukul 07.30 s/d 12.30 dengan jumlah jam pelajaran dalam seminggu yaitu : 30 jam pelajaran.
2. Letak Geografis Sekolah Luar Biasa Negeri SoE
Sekolah Luar Biasa Negeri SoE berada di wilayah Kelurahan Nunumeu Kecamatan Kota SoE Kabupaten Timor Tengah Selatan. Lokasi Sekolah Luar Biasa Negeri SoE merupakan tempat strategis yang mudah diakses karena didukung oleh transportasi yang dapat dijangkau dari segala arah.
Sekolah Luar Biasa Negeri SoE terletak di Jalan Kakatua No. 52 Kelurahan Nunumeu Kecamatan Kota SoE, Telp/Hp (Kasek) 085253265622, Kode Pos ; 85511.
Eksistensi sebuah tanah dan gedung lasimnya memiliki batas-batas tertentu. Adapun batas-batas wilayah Sekolah Luar Biasa Negeri SoE sebagai berikut:
Setiap instansi atau sekolah tentunya memiliki visi dan misinya masing-masing,demikian halnya dengan Sekolah Luar Biasa Negeri SoE memiliki visi dan misi. Berikut ini Visi dan Misi Sekolah Luar Biasa Negeri SoE:
a. Visi
Terwujutnya anak –anak luar biasa/Berkebutuan Khusus sebagai ciptaan Tuhan yang berbakat dan penuh percaya diri dan dapat mandiri sehingga menghasilkan anak- anak didik yang terampil sesuai dengan kecacatan yang dimiliki.
Unggul dalam berprestasi dengan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa serta percaya diri dan dapat mendiri serta tumbuh dalam lingkungan yang sehat dan nyaman.
b. Misi
Berdasarkan Visi di atas maka Misi Sekolah Luar Biasa Negeri Nunumeu Soe adalah sebagai berikut :
• Mengoptimalkan sisa kemampuan anak-anak luar biasa yang masih ada pada dirinya/diri anaknya.
• Memberi hak (mengembalikan hak-hak) kepada anak- anak yang berkebutuhan khusus.
• Membekali anak luar biasa/anak yang berkebutuhan khusus agar biasa mandiri atau memiliki kecakapan hidup.
• Meningkatkan pola pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
• Membangun jaringan kerja sama dengan lembaga / instansi yang terkait dunia usaha masyarakat dan orang tua siswa dalam rangka pengembangan Manajemen yang Berbasis Sekolah .
• Membentuk moral dan aklak anak menuju kepada kepribadian yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
• Membangun lingkungan yang asri dan produktif serta bermanfaat bagi kebutuhan anak luar biasa.
3. Gambaran Kondisi Sekolah Luar Biasa Negeri SoE
Profil Sekolah
1. Nama Sekolah : Sekolah Luar Biasa Negeri SoE
2. NPSN :69734261
3. No. Registrasi Sekolah : -
4. No/Tgl SK Pendirian Sekolah : 02-05-1986
5. KTSP : Sudah dilaksanakan
6. Jumlah siswa : 73 orang
a. Kelas X : 47 orang
b. Kelas XI : 26 orang
7. Jumlah Rombongan Belajar : 6 Rombongan Belajar
8. Jurusan/Program : A,B,C,D/Tata Boga, Otomotif, Pertukangan.
9. Lahan/Tanah
a. Sudah sertifikat : Sudah
b. No. Sertifikat : 24.02.02.032.00041
10. Akreditasi
a. Sudah/Klasifikasi : Sudah untuk tingkat SLB
b. Belum : Belum, untuk tingkat SMLB
11. Jarak Sekolah dengan Dinas PPO : 5 Km
12. E-Mail :smlb.nunumeu@yahoo.com
Table 4.1. Keadaan Siswa menurut Tingkat dan Agama.
Tingkat Islam Protestan Katolik Hindu Budha konghucu Jumlah
I - 43 9 - - - -
II - 17 4 - - - -
III - - - - - - -
Jumlah - 60 13 - - - -
Table 4.2. Kelompok Siswa menurut Tingkat, Ketunaan dan Jenis Kelamin
Siswa/I Tingkat I Tingkat II Tingkat III Jumlah
L P L P L P L P
Tuna Netra 1 3 2 2 - - 3 5
Tuna Rungu 2 4 3 1 - - 5 5
Tuna Grahita - 3 6 3 - - 6 6
Tuna Daksa 4 1 4 4 - - 8 5
Tuna Laras 16 - 1 13 - - 17 13
Jumlah 23 11 16 23 - - 39 34
Tabel 4.3. Kelompok Siswa menurut Tingkat Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur
Umur Tingkat I Tingkat II Tingkat III Jumlah
L P L P L P L P L+P
<13 Tahun - - - - -
13 Tahun - - - - -
14 Tahun - 1 - - 1
15 Tahun 3 3 - - 6
16 Tahun 5 3 - - 8
17 Tahun 7 8 4 1 20
18 Tahun 3 7 2 4 16
19 Tahun 4 2 3 6 15
20 Tahun 1 - 2 2 5
21 Tahun - - - - -
>21 Tahun - - - 2 2
Jumlah 4) 23 24 11 15 73
Tabel 4.4. Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Administrasi menurut Status Kepegawaian, Golongan, dan Jenis Kelamin
Jabatan Status Kepegawaian Jlh
Tetap Tidak Tetap
Gol. I Gol. II Gol.III Gol.IV Yayasan PNS Honor Komite Bantu Pusat Bantu Daerah
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P
Ka. Sek 1 -
Guru 5 6 -
T. Admin 1
Tabel 4.5. Kepala Sekolah dan Guru menurut Kelompok Umur dan Masa Kerja Seluruhnya
Jabatan Kelompok Umur (tahun) Masa Kerja Seluruhnya (tahun)
< 20 20-29 30-39 40-49 50-59 >59 Jlh < 5 5-9 10 - 14 15-19 20-24 >24 Jlh
Kepala Sekolah 1 1 1 1
Guru Tetap
Bantu Pusat
Bantu Daerah
Tidak Tetap 11 11 11 11
Jumlah Guru
Tenaga Administrasi
Sumber Data: Profil SLB Negeri Nunumeu SoE Tahun Ajaran 2013/2014.
B. Pembahasan
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan ksehatan pada umumnya dan pendidkan jasmani adaptif khususnya, guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain dari pembiasaan pola hidup sehat.
Pelaksanaannya bukan hanya melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan motorik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inofatif, terampil, meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Proses pembelajaran Penjasorkes adaptif oleh guru penjas khususnya bagi siswa Berkebutuhan Khusus merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi karena tugas guru adalah membantu siswa untuk memahami materi yang diajarkan, maka tidak ada kata menyerah walau sesulit apapun tugas yang dihadapi. Apalagi mengingat profesi guru adalah mulia karena memanusiakan manusia.
Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka guru penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE dituntut untuk mampu memberikan ysng terbaik dalam proses pembelajarannya pada sekolah tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru penjasokes Sekolah Luar Biasa Negeri SoE ketika ditanyai bagaimana model pembelajaran penjasorkes bagi siswa Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE, ia mengatakan:
Model pembelajaran yang dilakukan bagi siswa Berkebutuhan Khusus dengan metode pembelajaran tatap muka langsung secara modifikasi berkelompok sesuai dengan ketunaan siswa masing-masing. (W.1.GP)
Berdasarkan guru penjasorkes di atas, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran penjasorkes bagi siswa Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE berjalan sebagaimana kegiatan atau model pembelajaran penjasorkes umumnya dilaksanakan sesuai dengan kemampuan siswa Berkebutuhan Khusus.
Mendapat tugas mengajar pada Sekolah Lua Biasa (SLB) bagi guru penjasorkes merupakan hal yang tidak mudah, di mana di dalam proses pembelajaran terdapat siswa yang memiliki kekurangan baik kekurangan secara fisik maupun mental dan salah satu kekurangan itu adalah masalah ketunaan siswa Anak Berkebutuhan Khusus. Dibutuhkan kebesaran dan kesabaran hati serta jiwa ditunjang dengan niat mulia agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapkan yaitu tujuan pendidikan jasmani adaptif.
Selanjutnya ditanyai metode apa yang digunakan oleh bapak Akys Nabunome sebagai guru penjasorkes dalam menyampaikan materi pada siswa Berkebutuhan Khusus, Ia mengatakan bahwa:
Metode pembelajaran yang disampaikan bagi siswa yang benar-benar Berkebutuhan Khusus dengan memberikan pemahaman pengertian dengan mempraktekan apa yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran berlangsung dan dalam pembelajaran berlangsung perlu ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan yakni:
awalan, inti dan penenangan (pembukaan, inti, dan penutup), memang sebagai guru yang mengajar di Sekolah Luar Biasa tentunya banyak tantangan atau kendala, namun masih dapat diatasi dan semua prose situ tetap berjalan. (W. 2. GP)
Berdasarkan pendapat guru penjasorkes di atas, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran penjasorkes bagi siswa Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE bejalan sebagaimana kegiatan atau proses pembelajaan penjasorkes umumnya yakni kegiatan awal (pembukaan), inti dan penenangan (penutup).
Penjelasan tersebut di atas sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang dikemukakan oleh Arma Abdullah (1996) dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif”, sebagai berikut:
1. Untuk menolong siswa mengoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
2. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui penjas tertentu.
3. Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahaga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang besifat rekreasi.
4. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
5. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
6. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
7. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
Mengacu pada pendapat ahli diatas tentang tujuan pendidikan jasmani adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan jasmani adaptif adalah untuk; a). Menolong siswa mengoreksi kondisi yang dapat diperbaiki, b). Membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya, c). Memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahaga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang besifat rekreasi, d). Menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya. Membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri. e). Membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik, dan f). Menolong siswa memahami dan menghargai macam olahragayang dapat diminatinya sebagai penonton.
Sifat program pengajaran pendidikan adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
a. Program pengajaran penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa.
b. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepadas siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan.
c. Program pengajaran penjas adaptif harus dapat membantu dan mengoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan mekanika tubuh.
d. Program pengajaran penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu Anak Berkebutuhan Khusus. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu suatu program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus akan keanekaragaman dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya.
Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut diatas maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswamelakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri.
Selanjutnya ketika ditanyakan apakah dalam tugas mengajar pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE, bapak banyak menemukan permasalahan yang dihadapi oleh siswa Anak Berkebutuhan Khusus, ia mengatakan bahwa:
Ya, karena siswa yang Berkebutuhan Khusus seperti tunarungu maupun tuna daksa harus menyesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ada. (W.3. GP)
Mengacu pada pendapat responden diatas, maka dapat dianalisis bahwa guru dalam melaksanakan proses pembelajaran penjasorkes banyak menemukan permasalahan yang dihadapi siswa Berkebutuhan Khusus, karena proses pembelajaran penjasorkes pada siswa Bekebutuhan Khusus harus disesuaikan dengan ketunaan masing-masing.
Lasimnya dalam setiap pembelajaran teori di dalam kelas maupun praktek di lapangan, tentunya para guru menerapkan metode dan pendekatan mengajarnya masing-masing,dimana penggunaan metode atau pendekatan dimaksudkan untuk untuk keberhasilan dari proses pembelajaran itu sendiri. Demikian halnya dengan model pembelajaran penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE, guru penjasorkes tentunya memiliki metode dan pendekatan khusus yang diterapkan dalam pembelajaran. Seperti hasil wawancara penulis dengan guru penjas Sekolah Luar Biasa Negeri SoE yang mengatakan bahwa:
Metode atau pendekatan yang dipakai dalam pembelajaran khususnya dalam membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa Berkebutuhan Khusus adalah pendekatan berkelompok dan klasikal dengan ketunaan siswa serta penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran penjasorkes adaptif bagi ABK. (W.4. GP)
Penjelasan di atas sesuai dengan pendekatan dalam pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, dimana pendekatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Pengajaran klasikal diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus yang memiliki tingkat akademis dalam satu kelas sehingga kegiatan dan materinya bisa sama dalam satu kelas.
b. Pengajaran kelompok adalah pengajaran yang diberikan kepada sekelompok siswa atau Anak Berkebutuhan Khusus yang kesamaan ketunaan, karena tingkat dan derajat kelainannya berbeda dengan ketunaan lain.
Modifikasi pengajaran seperti dimaksudkan guru diatas sesuai dengan penyesuaian dan modifikasi pengajaran penjasorkes bagi Anak Berkebutuhan Khusus dapat terjadi pada:
- Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani.
- Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
- Modifikasi teknik mengajarnya.
- Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.
Mengacu pada pendapat dan penjelasan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa seorang Anak Berkebutuhan Khusus kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama.
Anak Berkebutuhan Khusus yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan area bermainnya, anak berkebutuhan khusus yang lainnya mungkin membutuhkan alat dan aturan mainnya. Demikian seterusnya, tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan, karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis Anak Berkebutuhan Khusus termasuk didalamnya anak atau siswa yang mengalami gangguan dalam dirinya sendiri.
Anak merupakan bagian terpenting dari seluruh proses pertumbuhan manusia, karena pada masa anak-anaklah sesungguhnya karakter dasar seorang terbentuk. Manusia tanpa pendidikan adalah manusia yang kurang memiliki hakekat pada dirinya. Mengapa?, karena tanpa pendidikan manusia tidak memperoleh bekal untuk hidup (hidup yang lebih baik).
Pendidikan Luar Biasa sengaja dikhususkan bagi anak yang berkelainan atau Anak Berkebutuhan Khusus. Metode yang digunakan tidak jauh dari berbeda dengan pendidikan formal lainnya, di mana anak didik diajari pengetahuan-pengetahuan umum, tetapi khususnya pada pendidikan luar biasa, dimana siswa/i diajar atau dididik mengetahui dan menguasai keterampilan tertentu.
Hal tersebut diatas sesuai hasil wawancara penulis dengan Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Negeri SoE yang mengatakan bahwa:
Metode yang dipakai Sekolah Luar Biasa Negeri SoE tidak jauh berbeda dengan pendidikan formal, hanya dalam pendidikan luar biasa memiliki kekhususan, dimana siswa diajarkan mengenai berbagai keterampilan; bermain musik, melukis, menyanyi dan lain-lain. (W.5.GP)
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa umunya dan Sekolah Luar Biasa Negeri SoE tidak jauh berbeda dengan metode yang dipakai pada sekolah formal lainnya, hanya selain pengetahuan umum seperti yang diperoleh siswa pada sekolah formal lainnya, khusus bagi siswa berkebutuhan khusus yang lebih cenderung memiliki kekhususan yakni siswa/i diajar atau dibimbing untuk mengetahui dan menguasai keterampilan tertentu, misalnya; menari, menjahit, menyanyi, melukis dan bermain musik dan lain-lain.
Dalam kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan pada umumnya dan proses pembelajaran penjasorkes pada khususnya sering ditemukan berbagai permasalahan, diantaranya minimnya sarana prasarana.
Hal ini yang dikemukakan oleh bapak Akrys Nabunome,S.Pd selaku guu penjasorkes Sekolah Luar Biasa Negeri SoE bahwa:
Masalah yang sering ditemukan adalah minimnya ketersediaan sarana dan prasarana olahraga sebagai media penunjang lancarnya proses pembelajaran. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tidak optimal dan maksimalnya proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan disekolah. (W.6.GP)
Mengacu pada pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam melakukan tugas pengajaran guru penjasorkes sering menghadapi masalah atau kendala dalam proses pembelajaran, seperti minimnya sarana prasarana sebagai penunjang lancarnya proses pembelajaran. Dengan kondisi demikian, guru tetap dituntut untuk menjalankan tugas dan fungsi pengajarannya dengan berusaha memodifikasi alat, area dan aturan main sehingga pembelajaran tetap belangsung.
Dalam setiap instansi tentunya memiliki pemimpin, tugas dari pemimpin adalah melakukan fungsi kontrol dan tugas pengawasan.
Demikian halnya pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE memiliki pemimpin yakni Kepala Sekolah. Kaitannya sebagai sebuah pemimpin sebuah instansi atau organisasi, kepala sekolah tentunya akan menjalankan fungsi kontrol dan pengawasan dan bahkan evaluasi terhadap kinerjanya pada organisasi tersebut.
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Negeri SoE yang menyatakan bahwa:
Ia memotifasi dan mengontrol langsung baik yang berupa teori maupun praktek dan menekankan kepada guru penjasorkes agar selalu memberikan tugas kepada siswa/i Berkebutuhan Khusus. (W.1.KS)
Penggunaan metode pembelajaran turut mempengaruhi tercapai atau tidak tercapainya tujuan pembelajaran khususnya pembelajaran pendidikan jasmani adaptif bagi siswa Berkebutuhan Khusus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Negeri SoE; Ibu Martha Balle, S.Pd meresponi pertanyaan peneliti, yang mengatakan bahwa:
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat atau sesuai akan sangat mempengaruhi lancarnya poses pembelajaran dan tercapainya tujuan dari pembelajaran itu sendiri, apalagi di Sekolah Luar Biasa dibutuhkan straregi ekstra dalam menerapkan metode pembelejaran, mengingat terdapat siswa/i Berkebutuhan Khusus. (W.2.KS)
Pendapat tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pembelajaran yang dipakai guru sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan, khususnya pendidikan jasmani. Guru penjasorkes Sekolah Luar Biasa dituntut untuk berinovasi, berkreasi, serta memodifikasi ataupun mendesai pembelajaran agar mudah dipahami atau dimengerti oleh siswa/i yang memiliki kelainan atau Anak Berkebutuhan Khusus.
Selain metode yang dipakai guru dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi, sanksi maupun penghargaan kepada siswa sangat diperlukan. Pemberian motivasi bertujuan untuk memacu semangat belajar dan pentingnya ilmu pengetahuan, pemberian sanksi bertujuan untuk mendidik siswa jika melanggar norma, kaidah yang ditetapkan. Sedangkan pemberiam penghargaan juga merupakan hal positif bagi siswa karena menghargai usaha, prestasi, dan capaian yang mereka raih adalah mutlak demi tumbuhnya rasa percaya diri.
Hal tersebut di atas juga dinyatakan oleh Ibu Martha Balle,S.Pd selaku Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Negeri SoE dalam melakukan pengawasan atau pengontrolan terhadap guru penjasorkes dalam hal pelaksanaan pembelajaran penjas bagi Anak Berkebutuhan Khusus, yang menyatakan bahwa:
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, kegiatan belajar mengajar (KBM) harus dimulai dari bidang yang mudah ke bidang yang sukar dan juga hal-hal yang kongkrit atau dominan. Dan dalam proses pembelajaran guru sering memberikan morivasi atau penghargaan (memuji kepintaran siswa berupa kata-kata penguatan), sedangkan sanksi (berupa tugas, teguran yang bertujuan agar siswa berubah dan tidak mengalami kesalahan yang sama) diberikan terhadap siswa jika melanggar tata tertib, norma dan etika dalam proses pembelajaran. (W.3.KS)
Pendapat tesebut di atas, dapat dianalisis bahwa pemberian motivasi pemberian penghargaan merupakan sebuah keharusan bagi guru dan mutlak dilakukan pada setiap proses pembelajaran. Sedangkan pemberian sanksi juga penting manakala siswa melanggar kaidah dan ketentuan yang berlaku disekolah demi keharmonisan, ketentraman, dan demi situasi dan kondisi belajar yang kondusif. Proses pembelajaran penjasorkes tentunya lebih rumit dari mata pelajaran yang lain, hal ini dilihat dari penggabungan antara teori dan praktek. Pembelajaran secara teori maupun praktek dibutuhkan metode dan pengelolaan secara efektif dan efisien dari guru mata pelajaran yang bersangkutan, khususnya pembelajaran penjas adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus, diperlukan figur seorang pengajar atau guru dengan metode mengajar yang benar-benar tepat agar siswa Berkebutuhan Khusus dapat mengikuti pembelajaran yang menyenangkan, tanpa merasa bahwa mereka memiliki kekurangan.
Penjelasan di atas sesuai dengan respon Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Negeri SoE dalam melakukan kontrol atau tugas pengawasan kepada guru penjasorkes dalam proses pembelajaran, yaitu:
Dalam melakukan proses pembelajaran penjas khususnya pembelajaran praktek, guru pendidikan jasmani selalu mendesai pembelajaran praktek dengan baik, dimana guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa bergerak sesuai yang diperintahkan dan memberikan contoh, mengawasi dan mengontrol yang bertujuan agar sesuai dengan substansi pembelajaran yang berlangsung.(W.4. KS)
Mata pelajaran pendidikan jasmani dewasa ini dikenal atau lebih cenderung pada pembelajaran praktek karena pengertian pendidikan jasmani adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif, efektif dan psikomotor yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan jasmani yang diikutinya.
Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kesegaran dan kesehatan jasmani siswa melalui media permainan cabang olahraga yang tentunya telah ditetapkan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pendidikan jasmani juga merupakan bagian yang terpadu dari proses pendidikan yang menyeluruh, bidang dan sasaran yang diusahakan adalah perkembangan jasmaniah, mental, emosional, dan social bagi warga negara yang sehat, melalui medium kegiatan jasmaniah. Pengertian dan tujuan pendidikan jasmani diatas diperkuat oleh pendapatnya Adang Suherman, (2002:17-20) dalam mengklasifikasi pendidikan jasmani secara umum ke dalam empat kategori yaitu:
1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang.
2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah dan sempurna.
3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan perkembangannya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.
4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungna dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat. Sebagai salah satu komponen pendidikan wajib diajarkan disekolah, pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan manusia seutuhnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka disusunlah suatu kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dalam berolahraga yaitu bagaimana mengaktifkan siswa dalam pelajaran pendidikan jasmani guna membentuk pribadi yang sehat, kuat dan terampil, kreatif dan inonatif.
Sehubungan dengan pendapat tersebut di atas, maka peneliti dapat berkesimpulan bahwa pendidikan jasmani merupakan media yang dipakai untuk membentuk karakter siswa yang berjiwa demokratis, cerdas, kreatif, mandiri, inovatif dan bermoral.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani bersama sebagai media belajar untuk pemenuhan kebutuhan jasmani peserta didik, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), dimana tercapainya kesegaran dan kesehatan jasmani siswa adalah sasaran dan atau tujuan dari pendidikan jasmani dan penjas adaptif itu sendiri. Dalam setiap proses pembelajaran penjasorkes adaptif, pentingnya penyadaran dari guru kepada siswa akan pentingnya kesegaran dan kesehatan jasmani. Hal ini juga diperkuat dengan pendapatnya Rusli Lutan, dkk, (2002:16) yang mengatakan bahwa:
Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani sebagai alat atau media untuk mencapai tujuan pendidikan. Yakni tujuan yang ingin diharapkan bersifat meliputi aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral.
Sehubungan dengan hal tersebut, guru penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE dalam melakukan tugas pengajaran sering dan selalu menekankan pentingnya pemeliharaan kesegaran dan kesehatan jasmani bagi siswa demi tercapainya tujuan pendidikan yakni fisik, mental, intelektual, emosional, sosial dan moral serta pembinaan kesegaran dan kesehatan jasmani.
Dalam melakukan pengajaran saya sering dan selalu menekankan secara khusus bagi siswa/i Berkebutuhan Khusus untuk menjaga dan memelihara kesegaran dan kesehatan jasmani karena dengan memelihara kesegaran dan kesehatan jasmani siswa akan lebih mudah menyelesaikan tugas dan memotivasi mereka bahwa kalian memiliki potensi yang bisa dikembangkan, karena itu jangan berpasrah dari pada keadaan, namun harus selalu besikap optimis karena itulah kunci kesuksesan. (W.7. GP)
Dalam pendapat tersebut di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam setiap proses pembelajaran pendidikan jasmani guru wajib member pemahaman dan pencernaan serta menekankan kepada siswa/i tentang pentingnya pemeliharaan kesegaran dan kesehatan jasmani. Bukan hanya merupakan tugas pengajar atau guru, namun juga merupakan tanggungjawab pada supervisor dan atau kepala sekolah untuk selalu memberi masukan positif kepada guru tentang apa yang seharusnya guru lakukan dalam memotivasi dan mendidik siswanya, apalagi bagi Anak Berkebutuhan Khusus harus mendapat perhatian ekstra dan dibutuhkan kemampuan diri guru untuk membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan, karena dengan demikian siswa/i yang memiliki kelainan fisik maupun mental merasa mendapatkan semangat hidup dan nilai positif dari proses pembelajaran yang diikuti.
Berbagai kendala, permasalahan dan kekurangan yang dimiliki oleh guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran penjasorkes yang telah dipaparkan sebelumnya, masih terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi tidak berkembang atau belum berhasilnya sebuah proses pembelajaran khususnya pembelajaran penjasorkes di sekolah, yaitu tahapan evaluasi. Lasimnya kegiatan evaluasi ini berlangsung pada akhir dari setiap proses pembelajaran. Evaluasi sangat mendesak dilakukan, karena dengan adanya evaluasi, guru dapat mengidentifikasi keberhasilan atau kecapain hasil belajar siswa, untuk dapat mengetahui pada aspek-aspek atau bagian-bagian apa saja yang belum dipahami, belum dimengerti oleh siswa.
Evaluasi pembelajaran khususnya evaluasi pembelajaran penjasorkes disekolah tidak saja untuk mengidentifikasi kecapaian maupun kekuangan siswa, namun motivasi ini juga dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru dalam melakukan pengajaran,
serta mengidentifikasi kekurangan-kekurangan, masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam melangsungkan proses proses pembelajaran, sehingga hal-hal yang telah diidentifikasi harus disiasati dengan baik. Masalah, kendala dan kelemahan, baik itu dari guru maupun siswa/i Berkebutuhan Khusus harus ditemukan solusi atau metode pemecahan dengan baik. Sedangkan capaian-capaian keberhasilan siswa/i dan guru penting untuk dipertahankan serta adanya upaya peningkatan yang jauh lebih memuaskan sesuai dengan tujuan pendidikan khususnya tujuan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Evaluasi yang dimaksudkan ini adalah evaluasi dapat dilakukan oleh guru (mengevaluasi diri dan mengevaluasi hasil belajar siswa/i Berkebutuhan Khusus), Kepala Sekolah dan supervisor intern sekolah (mengevaluasi kinerja guru mata pelajaran), juga turut berperan aktif dan merupakan tugas utama yang harus dijalankannya, yakni mengevaluasi guru mata pelajaran penjasorkes demi peningkatan dan pencapaian tujuan penjas adaptif bagi subjek didik.
Dalam wawancara penulis dengan ibu Martha Balle, S.Pd, selaku Kepala Sekolah selaku pimpinan pada Sekolah Luar Biasa Negeri SoE dalam menjalankan fungsi kontrol dan sesuai pengamatan sebagai Kepala Sekolah apakah guru penjasorkes selalu melakukan evaluasi pada setiap akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat kegagalan dan tingkat keberhasilan siswa, ia mengatakan bahwa:
Pada setiap akhir pembelajaran penjasorkes, guru selalu melakukan evaluasi atas proses pembelajaran yang telah berlangsung untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami konten dari materi yang disampaikan, apa saja yang belum dipahami dan belum dimengerti oleh siswa, apakah ketidakpahaman itu disebabkan oleh apa dan siapa, kemudian dicarikan solusi pemecahannya. (W.4 KS)
Mengacu pada pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kepala Sekolah dalam pengamatannya, selalu melihat bahwa guru penjasorkes pada akhir pada setiap proses pembelajaran entah itu dalam bentuk teori maupun praktek selalu mengevaluasi hasil pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan siswa, kelemahan sebagai pendidik dalam menerapkan metode pembelajaran dan untuk mengetahui sejauh mana siswa/i memahami dan mengerti akan materi yang diberikan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Menurut hasil analisis datayang ditemukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Proses pembelajaran penjasorkes bagi siswa Berkebutuhan Khusus pada SLB Negeri SoE masih terdapat kekurangan dan perrnasalahan yang dihadapi seperti minimnya sarana olahraga, penempatan tenaga pengajar atau guru yang non-basic penjasorkes turut mempengaruhi belum lancar dan tidak tercapainya tujuan dari penjasorkes adaptif bagi ABK.
Guru penjasorkes dituntut dalam pengajarannya untuk mampu menyesuaikan dan memodifikasi area bermain, memodifikasi alat dan aturan main dalam pengajarannya bagi siswa/i atau ABK, tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan, karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK termasuk didalamnya anak atau siswa yang mengalami kelainan atau keterbatasan.
B. Saran
Dengan memperhatikan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa hal penting yang disarankan, sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi pihak sekolah agar memperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana olahraga sebagai media yang turut menunjang lancarnya proses pembelajaran penjasorkes bagi siswa/i Berkebutuhan Khusus pada SLB Negeri SoE.
2. Diharapkan guru mampu menyesuaikan dan memodifikasi area bermain, memodifikasi alat dan aturan main dalam pengajaran bagi siswa/i atau Anak Berkebutuhan Khusus, tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan, karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis Anak Berkebutuhan Khusus termasuk didalamnya anak atau siswa yang mengalami keterbatasan.
3. Diharapkan bagi pemimpin sekolah untuk mengusulkan penempatan tenaga pengajar atau guru yang memiliki basic (spesifikasi) ilmu tentang penjasorkes adaptif agar mampu mengelola pembelajaran demi pencapaian tujuan penjasorkes adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasas NegeriSoE.
DAFTAR PUSTAKA
Arma Abdullah dan Agus Manadji, 1996. Pendidikan Jasmani Adaptif, Dirjen Dikti.Depdikbud. Jakarta.
Arma Abdullah, M.Sc. Dalam Salmon Runesi, 2011. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif. Bahan ajar.Universitas PGRI NTTT. 2011/2012
Arikunto, 1985. Pengertian Wawancara. Penerbit: Alfabeta Bandung 2010.
Bruce Joiche dan Marsha weil, 1972. Model Mengajar. Penerbit:Alfabeta Bandung 2012
Djaja Raharja, 2003. Anak Berkebutuhan Khusus. Depdiknas, Dirjen. pendidikan dasar dan menengah; Direktorat.PLB. Jakarta.
Ellias M. Awad, 1979 Pengetian Model. Penerbit: Alfabeta Bandung. 2012.
Engkoswara dan Rustiyah, 1984. Pola Dasar Mengajar. Penerbit: Alfabeta Bandung 2012
Mardalis 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. PT.Bumi Aksara.Jakarta.
Rusli Lutan, dkk. 2002. Supervise Pendidikan Jasmani, Konsep dan Praktek.
Direktorat Jenderal Olahraga. Jakarta.
Soenardi, 1999. Kriteria Keabsahan Data Kualitatif. http:Wikipedia.com
Sukardi, 2003. Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Wirjasanto, 1984. Sarana Prasarana Olahraga. Jakarta, Direktorat Pendidikan Luar Biasa