BAAN MAFET MAMONET
“JANJI ADAT”
Transkripsi |
Terjemahan |
Nuakit
tabu i |
Kami
berdua saat ini |
Tok bale
teta |
Duduk di
tempat sendiri |
Tok ume
teta |
Duduk
dirumah sendiri |
Natuin
hai nuakai |
Karena
kami berdua bersama-sama |
Bae feto
bae mone hai lomit |
Keinginan
perempuan dan laki-laki dengan keponakan |
Es nane
maminai hai monit |
Karena
itu carilah hidupMu |
Atoni ho
lene nanes |
Laki-laki,
kebunMu berisi |
Ho tua,
namak |
NiraMu
berisi |
Hai
anfeto ho mepu tenu muhin |
Anak
perempuan kita, pintar menenun |
Lunat
namas |
Menganyam
bagus |
Mes au
ok au bae |
Nanti
saya dengan nyadu |
Hai mi
ekum fani |
Kami
bertemu kembali |
Alkai
malin okoke |
Kami
bersenang-senang |
PENJELASAN
Tuturan ritual
Baan Mah Fet
Mah Monet terdiri
dari tiga matra, larik
I dan matra I
dimulai dengan frasa
nomina nua kit ‘
kamu berdua’ yang
bergayut dengan frasa adverbia
waktu
tabu i “saat
ini”.
Nua
kit tabu i.
Dua
kamu saat ini.
“Kamu berdua,
saat ini”.
Larik I
matra I ini kemudian
diikuti oleh bentuk
pararelisme pada larik
II dan larik
II matra I, sebagaimana data
di bawah ini.
Tok bale teta .
Duduk tempat
sendiri.
“Duduk di
tempat sendiri”.
Tok ume
teta.
Duduk rumah
sendiri .
“Duduk di
rumah sendiri”.
Dari
larik I matra I tok
bale teta “duduk tempat
sendiri”, “tok ume teta” duduk
rumah sendiri . Konsep ini
menjelaskan bahwa perkawinan
dipersepsikan sebagai jalinan
hubungan yang sacral
tetapi juga sebagai
kebersamaan seorang laki-laki
dan seorang wanita
untuk menata kehidupan
yang baik. Dalam
hal ini konsep, konsep tok
bale teta dan
tok ume teta
berhubungan dengan konsep
monit naleko “hidup baik”.
Larik selanjutnya
yaitu larik IV matra
I memiliki hubungan dengan
larik V matra I, di
mana larik IV jelaskan
oleh larik V, larik-larik tersebut
terlihat pada tuturan
di bawah ini:
Natuin hai
nua kai.
Karena kita,
dua kita.
“Karena kita
berdua bersama-sama”.
Bae
feto ma bae mone
hai lomit.
Keponakan perempuan
keponakan laki-laki kita
yang mau.
“Keinginan keponakan
perempuan dan keponakan
laki-laki”.
Larik di
atas dapat menjelaskan
bahwa bae feto “ keponakan perempuan”
dan bae mone
‘keponakan laki-laki ‘ adalah
keinginan mereka berdua
untuk menjalani hidup
mereka disaat suka
maupun duka. Dalam
hal ini paman
dari pihak laki-laki
tidak menyatakan secara
langsung dengan kedua
pasangan ini, atau keluarga
baru ini, tetap
dengan keponakan laki-laki
dan keponakan perempuan . Maka dari
situ, menyatulah kedua
kelompok keluarga tersebut.
Bagian selanjutnya,
larik I matra II, ditandai
dengan konsep maminai
himonit “carilah hidupmu” .
Dan konsep ini
juga berhubungan dengan
konsep tok bale
teta “duduk tempat
sendiri” “tok ume teta”
duduk rumah sendiri’
dan lomin ‘ kemauan’ .
larik I matra II
dapat dilihat pada tuturan
ritual di bawah
ini:
Esnane maminai
himonit .
Karena itu
cari kamu hidupMu .
Dari larik
di atas maminai
himonit ‘ carilah hidupmu ‘
ini menjelaskan bahwa
bekerja keras, tidak menipu,
mencuri dan melakukan
pekerjaan yang berhubungan
dengan hokum kemasyarakatan. Hasil kebun
yang melimpah juga diperoleh
dari nilai religiutas
dari masing-masing individu.
Atoni ho
lene nanes.
Laki-laki kau
kebun bagus.
“Laki-laki, kebunmu berisi”.
Ho
tua nanes.
Kau
nira berisi .
“Niramu berisi”.
Hai anfeto hom mepu tenu
muhin.
Kami
anak perempuan kau
kerja tenun pintar.
“Anak perempuan
kita, pintar menenun” .
Lunat namas.
Anyam bagus.
‘ Menganyam bagus’ .
Secara paradigmatic, konsep maminai
himonit ‘ carilah hidupmu’ dapat
memiliki empat bagian
yang sangat penting
dalam sebuah keluarga
yaitu (1). Lene namas ‘ kebun
bagus’ , (2). Tua nanes ‘
nira berisi ‘ , (3). Mepu
tenu muhin ‘ kerja tenun
pintar ‘ dan (4). Lunat namas ‘ anyam
bagus ‘.
Bagian selanjutnya,
yaitu matra III
secara keseluruhan dapat
dilihat pada data di
bawah ini:
Mes
au ok au bae.
Nanti saya
dengan saya keponakan.
“Nanti saya
dengan keponakan saya”.
Alkai malin ok
oke.
Semua kami
senang bersama-sama.
“kami bersenang-senang bersama-sama” .
Matra III
tuturan ritual, Baan mafet
Mamonet terpusat pada
larik I, yaitu
pada bentuk lingual
au ‘ saya ‘. Penandaan sikap
dan perilaku terdapat
pada bentuk lingual
miekum fani ‘ bertemu kembali “yang
secara paradigmatic bergayut
dengan bentuk lingual
malin okoke ”bersenang-senang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar