BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Bahasa Dawan (BD) adalah Bahasa Austrohesia,
subkelompok Melayu Polenesia. Bahasa ini disebut juga Uab Meto atau Molok Meto
oleh penuturnya, yakni suku Dawan atau Atoin
Meto.
Persebarannya meliputi sebagian Kabupaten
Belu, Timur Tengah Utara (TTU), Timur Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Kupang
dan Kodya Kupang. Menurut Sensus Penduduk 2009 SIL Internasional, penutur Bahasa
Dawan berjumlah 700.000 (SIL Internasional, 2014). Bahasa Dawan memiliki
sepuluh dialek yaitu Molo, Amanatun,
Amanuban, Amarasi, Amfoang, Biboki, Miamafo, Manlea, Kupang dan Manulai (Tarno dkk,1992:1).
Bahasa Dawan memiliki ciri yang dapat
diamati, baik pada aspek teknologis, morfologis, maupun sintaksis. Secara
teknologis, yaitu adanya proses metatenis, pelepasan bunyi, penambahan bunyi
dan pemampatan bunyi (Surya, 1984; Tarno dkk, 1992;154,2009). Secara
morfologis, Bahasa Dawan bertipe aglutirasi, bersifat vokalis, bersuku kata
terbuka, dan dimarkahi dengan kehadiran dikritik pada setiap verbanya (Tarno
dkk, 1992:102; Reteg, 2002). Secara sirtaksis, Bahasa Dawan merupakan bahasa
yang bertipe nemitatif-akusatif juga
sama seperti bahasa-bahasa lain pada umumnya, yaitu memiliki struktur klausa
yang berpredikat verba dan nonverbal. Klausa berpredikat nonverba terdiri atas
klausa tata urut SVO atau AVP (Budiarta, 2009; Arka, 2000). dijelaskan pula
bahwa Bahasa Dawan berpredikat adjektiva, nomina, preposisi dan numeralia,
sedangkan klausa berpredikat verba terdiri atas klausa intransitive dan
transitif.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk menjawab
tiga permasalahan yang diformulasikan sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah struktur konstruksi verba
serial Bahasa Dawan ?
2.
Bagaimanakah permasalahan morfologi dan
pola urutan verba pada konstruksi verba serial Bahasa Dawan ?
3.
Tipe konstruksi verba serial apa sajalah
yang terdapat pada Bahasa Dawan berdasarkan fungsi dan maknanya ?
1.3.
Tujuan
Masalah
Penelitian
ini secara terperinei bertujuan untuk mengkaji beberapa hal sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan
struktur verba serial Bahasa Dawan.
2. Menjelaskan
permasalahan morfologis dan pola urutan verba serial Bahasa Dawan.
3. Menjelaskan
tipe konstruksi verba serial.
1.4.
Manfaat
Berdasarkan
tujuan penelitian ini, maka dapat memberi sejumlah manfaat secara teoritis dan
secara pralitis sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui peran semantis verba
tindakan dalam Bahasa Dawan Amanuban Selatan.
2.
Sebagai sumbangan sekaligus dasar bagi
kajian atau penelitian lanjutan dibidang linguistis khususnya sintasis dan
semantis.
BAB II
TEORI DAN KONSEP
2.1.
Teori
Bahasa dawan merupakan salah satu bahasa
daerah yang ada di Timor. Bahasa Dawan digunakan oleh masyarakat Timor khususnya Amanuban Selatan sebagai alat
komunikasi lisan dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Dawan memiliki ciri khas yang
dapat dilihat pada pola suku kata. Salah satu ciri yang menonjol pada Bahasa
Dawan mengenal prefiks. Misalnya kata dasar (Saya) dinyatakan dalam bentuk kata
Au.
Pada tataran kalimat, Bahasa Dawan memperlihatkan
pada kalimat yang terdiri atas agen pengalaman objek dan lokatif. Semua peran
terlihat pada verba sebagai unsur pengendali
utama sejumlah argumen dalam struktur logis : verba tindakan Bahasa Dawan memiliki
peran semantis yang berbeda-beda dalam stuktur lahir. Perbedaan seperti ini,
ditentukan oleh verba itu sendiri yang melekat pada agen (A) yang berperan
sebagai pelaku tindakan.
2.2.
Konsep
Prefiks dalam proses afiksasi merupakan
morfem terikat yang diletakkan didepan bentuk asal atau A, proses pembentukan
katanya ditentukan oleh lingkungan segmen pertama dari bentuk A dan pada
golongan kata mana yang bisa dimasukinya. Prefiks memiliki kesanggupan untuk
diletakan dengan satuan-satuan bebas (morfem bebas), tetapi tidak semua morfem
bebas dapat diletakan dengan prefiks. Prefiks dalam Bahasa Dawan Amanuban
Selatan tidak memiliki keterbatasan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Fungsi Desivasional adalah
kemampuan afiks mengubah kategori kata, asal menjadi kategori turunan. Prefiks
dalam Bahasa Dawan Amanuban Selatan memiliki fungsi Desivasional adalah :
prefiks (a-), (ma-), (hai-). Untuk lebih jelasnya akan dibahas berikut ini :
a.
Fungsi
prefiks (a-)
(a-) + bakat,
“curi” abakat (pencuri)
(a-) + Pehet,
“malas” Apehet (pemalas)
(a-) + Poiba
“tipu” Apoiba (penipu)
Dari data diatas proses pembentukan katanya dapat
dirumuskan :
(a-) + (Bakat) v ) N
(a-) + (Pehet) v ) N
(a-) + (Poiba) v ) N
Analisis diatas menujukan prefiks (a-) mempunyai
fungsi desivasional mentrasformasi verba dan adjektiva menjadi nomina.
b.
Fungsi
prefiks (ma-)
(ma-) + Nenu, “terlalu” Manenu (keterlaluan)
(ma-) + Sufa, “bunyi” Masufa (berbunyi)
Data diatas dapat
dirumuskan :
(ma- + (Nenu) N ) v
(ma- + (Sufa) N ) v
Analisis data diatas
menunjukan prefiks (ma-) memiliki fungsi desivasional mentransformasi nomina
menjadi verba proses.
c.
Fungsi
prefiks (hai-)
(hai-) + Miah, “makan” Haimiah (kami
makan)
(hai-) + Mtok, “duduk” Haimtok (kami
duduk)
Data diatas dapat
dirumuskan :
(hai- + (Miah) Adj ) v
(hai- + (Mtok) Adj ) v
Analisis diatas
menunjukan prefiks (hai-) memiliki
fungsi desivasional mentransformasi adjektiva menjadi verba tindakan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Fungsi
Desivasional prefiks (a-) mentransformasi verba dan adjektiva menjadi nomina, prefiks
(ma-) mentransformasi nomina menjadi verba, dan prefiks (hai-) mentransformasi
adjektiva menjadi verba. Prefiks (a-) memiliki makna insan atau orang yang
memiliki sifat yang sesuai dengan bentuk asal, prefiks (ma-) memiliki makna
proses menghasilkan sesuai denagan bentuk asal, prefiks (hai-) maknanya
kausatif.
4.2.
Saran
Dari
penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran penulis sangat mengharapkan agar
bisa menambah wawasan kepada kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Herbet
Jerdner W; Die KUAN FATU Chronik. From Und Kontext der
mundliehen
Diehtung der Atoin Meto (Amanuban, Westtimor). Berlin Hamburg:
Dietrieh Reimer, 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar